Tags

, , , , , , , , , , , , ,

Bro dan sist,pernah denger lagunya Ebiet G. Ade yang petikannya kurang lebih seperti ini..  : .. dan bangga dengan dosa-dosa..? Saya lupa judul lagunya, tapi seingat saya lagu itu menceritakan tentang kebanyakan manusia yang tidak segera sadar akan kesalahannya dan bahkan kadang merasa bangga dengan dosa-dosa saat menceritakannya. Sepintas sepele saja mendengar petikan lagu itu, tapi menurut saya penting buat bahan instrospeksi buat kita, terutama buat saya. 
Dosa, khilaf dan salah adalah fitrah yang melekat pada mahluk yang namanya manusia yang notebene sebenarnya diciptakan Alloh untuk menjadi khalifah di muka bumi. Diawal “rencana” penciptaan manusia ini bahkan saat Tuhan menyampaikannya kepada malaikat, dikatakan oleh para malaikat bahwa mahluk yang namanya manusia ini hanya akan jadi “troublemaker” – membuat kerusakan di muka bumi. Tetapi Tuhan memberikan granted bahwa Ia lebih tahu dengan apa yang akan terjadi. 
Sudah menjadi fitrah juga bahwa dosa, khilaf dan salah akan selalu melekat dalam setiap tindak tanduknya. Betapa kemudian Tuhan senantiasa memberikan ruang pertobatan selebar-lebarnya, bahkan atas dosa paling besar sekalipun, kecuali syirik, melalui taubatan nasuha. 
Dalam konteks pertobatan atas dosa, khilaf dan salah inilah sebenarnya ruang komunikasi langsung seorang mahluk bernama manusia dengan Tuhannya. Bukan pada tempatnya manusia menyampaikan dosa, khilaf dan salah yang telah diperbuatnya kepada sesama manusia apalagi menceritakannya dengan rasa bangga, karena itu adalah ruang privacy dan dikategorikan sebagai aib. Mengadulah kepada Tuhan langsung atas dosa, khilaf dan salah, kecuali apabila dosa, khilaf dan salah ini bersinggungan horisontal kepada sesama mahluk, sudah semestinya bereskan dulu urusan horisontal ini baru urusan vertikal. 
Tuhan juga adil, dan semestinya kita juga mengerti. Bahwa area kesadaran mahluk yang bernama manusia ini umumnya akan berjalan sesuai deret ukur usianya. Jadi logikanya, makin bertambahnya umur-atau berkurangnya jatah hidup- semestinya arah pendekatan seorang mahluk bernama manusia ini kepada Tuhan-nya juga akan semakin dekat. Ini cerita commonly.. Kalo kita bisa lebih deket diusia yang menurut hitungan umum masih muda, itu malah lebih bagus. Sekali lagi, commonly juga yang akhirnya terlihat kalo ruang- ruang ibadah biasanya hanya disesaki oleh orang-orang tua.. hehehe..
Tuhan memperlihatkan juga pertanda fisik dalam meningkatkan area kesadaran manusia untuk mengingat “sudah mendekati saat”-nya dengan pengurangan kemampuan fisik hingga perubahan warna rambut.. (atau bahkan pengurangan volume rambut.. xixixixi..). 
Jadi, bro dan sist, jangan malu dengan warna rambut kita mulai ada yang putih. Jangan disemir..  biarkan saja, itu menjadi pengingat kita untuk malu. Bukan malu berambut putih, tapi malu untuk tidak dekat dengan Tuhan… 
wallohu a’lamu bishshowaab..