• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Monthly Archives: February 2016

family gathering ala PSO

25 Thursday Feb 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


31 Desember 2015, sore itu bertolak dari dermaga milik pengelola kawasan berikat di sekupang, Batam, saya dan keluarga diajak untuk ikut naik ke kapal patroli seri terbaru milik PSO Batam. saya pikir ajakan teman seangkatan saya ini begitu istimewa karena hanya kami sekeluarga diberikan kesempatan mencicipi kapal bontot milik mereka. ternyata tidak. bersama kami ikut juga keluarga dari beberapa pegawai yang bisa ikut dari PSO Batam.

saya tidak begitu hafal mereka dengan posisi-posisi suami mereka di kapal atau di struktur PSO Batam. yang jelas, di kapal yang saya on board bersama keluarga disitu, ramai istri dan anak-anak yang bahkan ada yang berusia masih di sekitar satu tahun lebih. riuh rendah mereka turun naik dari dek bawah sampai anjungan kemudi. sayang cuaca kurang mendukung karena gerimis dan kesempatan untuk berdiri di tepi badan kapal di dek paling atas jadi terhalang. keriuhan anak-anak pegawai anak buah kapal patroli ini hingga kapal mulai bergerak dari tempat mereka sandar menuju belakang pulau mariam atau meriam, sambu menuju batas perairan internasional.
saya kebetulan duduk di anjungan kemudi dan keluarlah pertanyaan polos seorang anak juru mudi : ” ayah, ini kapal ayah kan?”. ayahnya segan menjawab, hingga memaksa sang anak bertanya lagi, ” bener kan ayah, ini kapal ayah?”. saya tersenyum mendengarnya dan menganggap bahwa ini adalah bukti sebagai rasa ikut memiliki dan bangga terhadap properti milik direktorat ini. tentu saja buat sang anak adalah kebanggaan karena ayahnyalah yang membawa dan memegang kemudi kapal.
keriuhan itu perlahan berkurang saat kapal memutar arah kembali ke pangkalan, dan alunan gelombang akibat angin utara membuat kapal bergoyang ke segala arah. perlahan, satu persatu anak -anak kecil itu ada yang mulai mabuk laut, disusul kemudian istri-istri anak buah kapal, termasuk istri saya. mereka bergantian keluar masuk kamar mandi atau menghadapkan mulut ke tong sampah yang ada untuk mengeluarkan muntahnya. beberapa masih kuat dan tahan hingga tidak mengalami mabuk laut. untungnya perjalanan kembali tidak dilakukan dalam waktu yang lama, dan kapal memutar kembali ke pangkalan dengan kecepatan lebih tinggi ke arah dermaga tempat sandar yang masih berstatus numpang.
saya masih belum ngeh dengan maksud teman saya mengadakan “touring” semacam ini dengan membawa keluarga. saya tahu persis kalau rute yang akan dilalui meskipun melalui jalur teraman pun akan terkena dampak gelombang angin utara yang beberapa hari ini sedang kencang-kencangnya.
ternyata rasa penasaran saya terjawab saat ada beberapa istri anak buah kapal yang nyeletuk dan terdengar : ” jadi begini susahnya suami kita bekerja mencari nafkah ya”
saya terus, deg, ini toh maksud temen saya mengadakan kegiatan ini. message-nya nggak perlu berpanjang-panjang kata, cukup : “ayo ikut ngrasain susahnya suamimu kerja “, dan kena.
saya menghitung, kira-kira dengan rute pendek , seperti sea trial dan tidak menghabiskan dana lebih dari 5 juta. daripada mengundang motivator penggugah kesadaran mendukung sepenuhnya kerja suami yang bekerja, nilai segitu menurut saya jelas worthed.
saya rasa inilah family gathering ala PSO.

dangkung

23 Tuesday Feb 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

Bintan, dangkung, joget dangkung, kesenian melayu, lobam, melayu, nyonya singapura, seni dangkung, seni melayu, Tanjung Uban, telok sasah


imageimage

dangkung1/dang·kung/ n penyakit kusta yang telah parah (terutama yang telah membusukkan kulit); KBBI

Itu hasil googling saya dengan kata pencarian “dangkung”, dalam rangka mencari arti kata itu. Cukup mengagetkan. Arti lainnya dengan kata yang sama, diterjemahkan dengan arti yang tidak kalah negatifnya. Saya rasa inilah yang membuat pergerakan jumlah kosa kata bahasa Indonesia bergerak lambat sebagai sebuah bahasa besar dengan ribuan bahasa daerah pendukung yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.

Saya mencari arti kata “dangkung” bukannya tanpa sebab. Ini karena kata ini masih asing di telinga, saat saya bersama keluarga menyaksikan sebuah tanggapan yang disajikan dalam sebuah acara ngunduh mantu saudara kami di daerah Telok Sasah, sebuah kelurahan di wilayah Tanjung Uban, Bintan. Tanggapan berupa live musik yang disajikan oleh sekelompok orang dengan pakaian sederhana, bahkan sangat sederhana. Beberapa pemain alat musiknya memang masih muda, tapi tidak demikian dengan penyanyinya, ia sudah menuju senja. Suaranya pun tidak bisa dibilang merdu. Tapi cengkok khas melayunya, pas ia bawakan.
Dengan mengambil tempat di belakang barisan para penyambut tamu, grup musik ini memainkan lagu-lagu melayu dari negeri jiran. Seingat saya ada satu lagu populer yang pernah akrab di telinga dengan judul, Nyonya Singapura. Aransemen musiknya yang luar biasa sederhana dan pembawaan penyanyinya yang semangat, membuat suasana hajat ngunduh mantu dari keluarga laki-laki dengan adat melayu ini jadi hidup. Semua tamu undangan benar-benar terhibur. Sebagian malah senyum-senyum melihat tampilan energik sang penyanyi.
Saya bertanya ke istri, tentang nama kesenian ini, dan namanya adalah Dangkung. Semestinya dalam bentuk aslinya, sebagaimana disampaikan beberapa orang yang saya tanya, penampilan grup musik Dangkung ini diiringi dengan joget plus sawerannya. Katanya di beberapa hajatan nikah sebelumnya juga pernah ada, tapi diberikan kesempatan perform di penghujung acara, dan disajikan khas buat ibu-ibu penjaga dapur dan pencuci piring, alias konco wingking.
Praktis selama menikmati santapan yang disajikan oleh tuan rumah ada empat lagu yang bisa saya dengar, dan kami puas. Saya kemudian membandingkan kurang lebihnya kesenian daerah semacam ini dengan sebagian besar kesenian daerah lainnya yang dihidupkan dan dilestarikan oleh orang-orang tua, seperti Tanjidor di Betawi. Kesenian daerah semacam ini dianggap oldis dan kurang diterima. Tuan rumah biasanya lebih senang menyajikan organ tunggal atau band yang lebih modern.

Dangkung, sebuah kegiatan bermusik khas melayu, dengan tampilan seadanya, mestinya tidak disajikan untuk kalangan konco wingking. Ia layak sebagai penampil utama dalam sebuah acara resmi guna menghidupkan dan melestarikan keberadaannya.

meral

12 Friday Feb 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 1 Comment


Meral adalah nama yang tidak asing bagi sebagian besar pegawai bea cukai. terlebih bagi yang pernah menjalani penempatan di Karimun. ia adalah nama kecamatan, lokasi dimana bangunan Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau berdiri tegak sejak tahun 1974. jaraknya sekira 5 kilometer dari pelabuhan ferry Tanjung Balai Karimun, dengan menyusuri sepanjang jalan Ahmad Yani.

Meral, letaknya di cekungan yang relatif aman dari ancaman gelombang laut karena terlindung pulau merak, pulau yang sebagian wilayahnya dimiliki oleh Bea Cukai dan dimanfaatkan untuk pembangunan tanki untuk penimbunan bahan bakar minyak dan air bersih untuk keperluan supply kapal patroli.

SAMSUNG

prasasti peletakan batu pertama kantor Bea Cukai di Meral

Berdiri sejak tahun 1974, komplek bangunan Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau, dengan ratusan pegawai yang pernah mengabdikan dirinya dalam institusi ini, menjadikan kantor ini tidak hanya  dikelilingi oleh rumah dinas bagi pegawai Bea Cukai yang masih aktif, juga dikelilingi oleh purnabhakti Bea Cukai yang sudah terlanjur mengambil tempat tinggal di daerah Meral.Walaupun dominasi pendatang keturunan Tiongkok lebih mendominasi di sepanjang sisi jalannya. Walhasil, jangan heran kalau suatu ketika pegawai bersinggungan kendaraan atau apapun yang menghasilkan interaksi yang kurang mengenakkan, ternyata ujung-ujungnya berurusan dengan keluarga Bea Cukai juga. Bisa anaknya, cucunya, menantunya, adiknya, kakaknya, atau iparnya.

Seperti yang terjadi hari ini, saat kami melaksanakan kegiatan pembinaan jasmani, rombongan lari kami bersinggungan dengan seorang pemuda. ribut sedikit, bersitegang, hingga akhirnya nglurug kantor. Saya iseng tanya ke salah satu warga yang ikut nglurug itu.

“njenengan siapanya anak yang ribut itu?”, tanya saya.

“saya om-nya dia pak. saya anaknya penisunan bea cukai juga”, jawab dia sambil menyebut salah satu nama pegawai yang sudah purnabhakti.

‘hmm.. lha dia yang ribut ngadu itu siapa?”, tanya saya lebih lanjut.

“dia juga anaknya pensiunan bea cukai pak. baru saja orang tuanya meninggal, makanya mungkin dia agak sensitif”, jawab pemuda itu lagi. saya nggak kepikiran namanya dia, saking tegangnya suasana.

Kami sama-sama melihat pembicaraan bertensi tinggi yang dilakukan oleh temen saya dengan pemuda yang ribut itu dan tetuanya dia.

Terus saya bilang ke warga yang saya ajak bicara, ” lha kalau urusannya masih keluarga bea cukai, ngapain juga kita sampai ribut? udah kita selesaikan kekeluargaan saja”.

“ya terserah dia pak, saya cuma nemeni saja.”, jawabnya.

Saya tidak berani mengambil kendali pembicaraan, dan kesudahan dari pembicaraan tensi tinggi ini, dia akan melanjutkan ke laporan ke polisi, dan mereka bubar.

Sesudahnya, saya kemudian mengajak ngobrol dengan pak Afrizal, pengelola kantin yang tadi ketempatan untuk pembicaraan tensi tinggi itu.

“pak, apakah ada paguyuban bagi pegawai yang telah purnabhakti?”, tanya saya.

“itulah pak, saya sudah sejak awal pensiun empat tahun lalu, mengajak teman-teman untuk membentuk paguyuban dan menempatkan pak kanwil sebagai pelindungnya.”, jawab pak Afrizal yang kepalanya mirip temen saya yang mengelola situs pribadi .

“tapi kira-kira ada nggak teman-teman bapak yang bisa diajak runding untuk pembentukan paguyuban ini?”, tanya saya lagi.

“ada pak. insya Alloh nanti saya ajak mereka untuk kumpul”, jawab dia.

Saya memandang kejadian sepele tadi dari sudut pandang lain, ternyata memang perlu ada jembatan yang menghubungkan pegawai bea cukai aktif dengan yang telah purnabhakti. Saya jadi ingat dengan cara apik yang dijalankan pak Heru dalam merangkul para pejabat yang telah purnabhakti, san saya melihat sendiri dalam kesempatan capacity building Customs Literacy Forum awal Desember tahun lalu. Saya respek dengan cara beliau memperlakukan senior yang telah selesai menjalankan pengabdiannya di institusi Bea Cukai. diberikannya waktu kepada para senior untuk berbicara di forum formil dengan suasana yang santai. Forum yang niatnya melakukan recording secara tertulis sepak terjang bea cukai. rombongan senior yang terdiri dari Pak Yossy, pak Ahmad Riyadi, dan pak Nasir Adnan, dijamu dengan sangat baik. sebuah perlakuan simpatik dari seorang pemimpin yang terpilih dengan cara yang fair dan legitimate.

Kembali ke Meral, saya punya mimpi membangun keberadaan para pegawai yang telah purnabhakti di Meral khususnya dan di Karimun pada umumnya, sebagai ring satu untuk membentengi dan membangun institusi yang pernah jadi tempat pengabdiannya. Berikutnya di ring dua adalah putra-putri pegawai yang telah purnabhakti, yang mudah-mudahan memiliki rasa kebanggaan bahwa institusi bea cukai  yang menjadi sandaran tempat kedua orangtuanya dulu mengabdi.

Mudah-mudahan mimpi saya tidak berlebihan, mengingat saya sudah melihat sendiri teladan dari pucuk pimpinan bea cukai yang menempatkan seniornya yang telah purnabhakti secara elegan, dan semoga Meral dimana gedung Kanwil DJBC Khusus Kepri ini berdiri, tetap menjadi tempat yang hangat.

PSK

02 Tuesday Feb 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


Sengaja saya tidak menuliskan kepanjangannya di tittle, biar “tittle catching” . Atau meniru triknya media, biar bikin heboh dulu, yang penasaran trus lanjut baca.

PSK, sebuah akronim yang pada zamannya, sama sekali tidak berkonotasi negatif. PSK yang pada zamannya, di era gemilangnya, dikenal di seantero Riau dan kepulauannya adalah kepanjangan dari Persatuan Sepakbola Karimun, perkumpulan yang terdiri dari pemain bola yang tinggal di Kecamatan Karimun dimulai di era tahun 60-an.

Yang menarik, mayoritas pemain bola yang ada di PSK itu adalah pegawai bea dan cukai yang tergabung dalam PORBC. Sebagian lainnya diisi oleh pegawai dari PN Timah. Beberapa prestasi yang berhasil ditorehkan oleh PORBC dalam berbagai kegiatan di wilayah kecil, Tanjung Balai Karimun, yang saat itu masih berstatus kecamatan, tertulis dalam beberapa piagam penghargaan yang masih tersimpan rapi. Bahkan dalam rangka mempertahankan tradisi juara itu, pendahulu-pendahulu Bea Cukai sengaja merekrut pemuda-pemuda yang memiliki talenta-talenta unggul di bidang sepakbola, bahkan cabang olah raga lainnya. Tentu saja saat itu metode rekrutmen pegawai masih mudah, dan hanya mengandalkan “assessment” personal dan kemampuan yang terlihat, jago olahraga.

Saya merasa tertarik untuk mencari siapa gerangan pegawai yang dulu direkrut untuk mengisi formasi di bidang sepakbola, tergabung di PORBC, dan kemudian ditarik memperkuat PSK ke kancah sepakbola Divisi III. Dan saya beruntung bertemu dengan salah satunya yang sekitar tiga tahun lagi akan memasuki masa purnabhakti. Namanya Zulkifli, seorang pelaksana di KPPBC Tanjung Balai Karimun, dan ini penampakannya :

IMG-20160121-WA0018

Perawakan yang tidak terlalu tinggi, badan cenderung gelap, dengan lidah yang agak cadel, khas melayu. Ya, pak Zulkifli putra asli Karimun. Semenjak ia diterima sebagai pegawai Bea Cukai, memperkuat PORBC, bergabung dengan PSK, ia hanya berkutat di pulau kecil ini, Karimun.

Pembicaraan tentang PSK yang saya mulai dengan beliau langsung menghilangkan jarak kami. Dengan antusiasnya beliau bercerita tentang masa puncak kejayaan PSK dibawah binaan Herias Hutabarat yang saat itu menjabat Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Balai Karimun, PSK berhasil masuk ke level Divisi yang lebih tinggi.

Beliau kemudian berkenan meminjamkan saya sebuah buku yang dicetak pada saat Reuni 40 tahun PSK, sebuah buku yang menurut saya punya nilai sejarah. Di buku itu banyak terpampang nama-nama pegawai bea cukai , sebagian dari yang ada saya kenal karena jadi pejabat, sebagian lainnya tidak saya kenal. Panjang juga narasi sejarah tentang keberadaan PSK yang seolah mensiratkan bahwa PSK adalah Bea Cukai, karena mayoritas pemainnya adalah pegawai Bea Cukai. Reuni 40 tahun PSK saat itu, seperti reuninya orang Bea Cukai dengan mengambil tempat di Karimun.

SAMSUNG

lapangan sepakbola Teluk Air

Pagi harinya, saya menyambangi tempat latihan yang disampaikan oleh pak Zulkifli. Lapangan Sepakbola Teluk Air. Letaknya ada sekira tigaratus meter dari komplek rumah dinas Teluk Air tempat saya tinggal. Berada di Jalan Pendidikan, Kecamatan Teluk Air, berseberangan dengan radar pantai milik Pangkalan Sarana Operasi Bea Cukai Tanjung Balai Karimun yang sudah tidak berfungsi. Lewat dinding di belakang gawang, saya masuk ke lapangan dan mengabadikan kondisi terkini lapangan sepakbola Teluk Air. Lapangan dimana pada jamannya PSK mengasah tajinya untuk bisa beradu dengan kesebelasan lain di Riau daratan. Saya mencoba merasakan bagaimana gegap gempitanya pertandingan di sebuah lapangan bola level kecamatan. Saya bisa merasakan bahwa saat itu, hiburan yang ada di kecamatan Karimun adalah hiburan menonton bola. Dan dari foto-foto reuni perak PSK yang pak Zulkifli bawa menunjukkan benar adanya, bangku penonton penuh terisi.

Saat ini PSK, telah berganti akronim menjadi PS Karimun dan dibawah pengelolaan Pemkab Karimun lewat KONI-nya. Pegawai Bea Cukai yang dulu pernah berkiprah di PSK, tidak lagi aktif didalamnya. Saat ini beberapa mereka hanya tersisa kenangan dan cerita, bahwa mereka pernah sama-sama berpeluh bergabung dalam sebuah kesebelasan kebanggaan, PSK – Persatuan Sepakbola Karimun.

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 27,870 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES
  • Kumpulan Hadist Bukhari Muslim

tulisan saya

kunjungan

  • 27,870 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Create a free website or blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Kumpulan Hadist Bukhari Muslim

Mutiara Hadits Bukhari Muslim - Al Lu'lu' Wal Marjan

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • slametsukanto
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • slametsukanto
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...