• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Monthly Archives: January 2016

retak seribu

11 Monday Jan 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 1 Comment

Tags

Bintan, cangkir, kedai kopi, penyengat, pulau bintan, retak seribu, seloka, Tanjung Uban


sudah pernah jalan di Tanjung Uban di Pulau Bintan? kalau belum, cobalah sesekali jalan dan menikmati slow motion-nya kehidupan seperti di film Cars saat Lightning McQueen tersesat ke daerah yang sudah tidak lagi disinggahi kendaraan. anda akan merasakan betapa hiruk pikuk yang selama ini dialami di Jakarta, seperti terlepas begitu saja. ini menurut versi saya, dan satu-satunya alasan mengatakan demikian adalah karena home base saya ada di Bintan, tepatnya tanjung uban. kalau anda pengen tahu bentuk geografis pulau Bintan, lihatlah kacang mente, maka tanjung uban itu lokasinya ada di bagian atas, sementara tanjung pinang ada di bagian bawah lengkap dengan pulau penyengat di seberangnya.

Tanjung Uban, kodratnya adalah kehidupan melayu yang mendominasi. karenanya jangan ditanya jumlah kedai kopi yang ada, dan hal yang menarik dari sebagian besar kedai kopi yang ada adalah cangkir khas made in tiongkok seperti ini :

SAMSUNG

Cangkir kopi

cangkir itu tentu saja muat kopinya tidak banyak, karena itu adalah porsi yang pas untuk diminum. karena bisa saja seseorang bertemu dengan beberapa temen dalam sehari di kedai kopi yang berbeda. dan jadi nggak asik kalau memenuhi undangan menghabiskan waktu di kedai kopi itu tanpa ngopi. asiknya, budaya minum kopi ini mengadopsi minum kopi pancung, kopi yang disajikan separuh dari porsi normalnya.

saya ngga usah membedakan penamaan lainnya untuk kopi. karena selain nama kopi o, sependengaran saya belum pernah mendengar penyajian kopi obeng, kopi menggunakan es. istilah obeng melekat hanya di sajian minum teh saja, ada teh o atau teh obeng.

di Tanjung Uban, hanya ada satu kedai kopi yang melalui tahapan giling dulu sebelum diseduh, namanya kedai kopi seloka. tempatnya pas di arah keluar pelabuhan penumpang Tanjung Uban , sebelah kanan. tanya saja, kedai kopi Seloka, orang setempat sudah pasti tahu. tempatnya kurang asik sebenarnya apalagi untuk ukuran anak muda, karenanya kedai kopi ini hanya disinggahi orang-orang tua yang sudah mulai melekatkan pantanya di kursi kedai kopi jam setengah enam pagi.

satu lagi kawan, sesekali pesanlah kopi dengan meminta untuk disajikan dengan cangkir retak seribu. permintaan khusus yang artinya sang peminum kopi meminta kopinya dituangkan dalam cangkir yang sudah “berumur”. tau kan kalau orang sudah berumur? ia akan terlihat guratan ketuaan. demikian juga dengan cangkir retak seribu, dimana sejatinya ia sama sekali tidak retak, tapi sudah dipenuhi guratan-garis seperti mau retak. itu terjadi sangking tua-nya cangkir ini mengantarkan kopi panas bagi peminumnya. cobalah sesekali merasakan sensasinya, walaupun saya yakin buat kawan yang sayang sekali meluangkan waktu berlama-lama duduk di kedai kopi, rasanya tidak jauh beda. cuma biar kawan ikut membayangkan, sudah berapa banyak bibir yang pernah menempel di cangkir retak seribu itu.

fenomena ayah dan anak

11 Monday Jan 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


 

pilkada serentak 9 desember lalu di provinsi kepri, menghasilkan keputusan sementara keunggulan pasangan Sanur terhadap pasangan Sah. beberapa pihak, terhenyak melihat hasil akhir pungutan suara rekap yang dihimpun oleh KPU Provinsi Kepri. artinya beberapa pihak tersebut berekspektasi atau memprediksi bahwa semestinya hasilnya tidak demikian. saya tidak bisa memberikan opini apapun kenapa hasilnya menjadi demikian.
yang ada dalam pandangan saya adalah, karakter orang indonesia sepertinya tidak hilang dari masyarakat Kepulauan Riau yang melakukan pemilihan kemarin. yang saya maksud adalah tentang cara pandang hubungan orang tua dan anak.
figur Sani, adalah figur yang kuat sekali sebagai seorang ayah. semestinya juga, beliau lebih tepat dipanggil sebagai kakek. figur yang menurut saya semestinya tidak usah lagi bertanding dalam percaturan politik dan perebutan posisi pemerintahan.
tapi saat kenyataannya beliau diusung kembali menjadi bakal calon gubernur provinsi kepulauan riau untuk masa periode 2016-2021, membuat siapapun rivalnya, menjadi lawan yang seolah-olah menyiratkan “anak muda melawan orang tua”, atau “anak berlaga melawan ayah”.
saya sangat yakin bahwa hal semacam ini sudah ditangkap kemungkinan berkembangnya opini semacam ini di kalangan masyarakat. pas-nya, figur seorang ayah yang melekat pada Sani, dilabelkan dengan sebuah jargon “sani ayah kita”. sebuah pilihan kalimat yang simpel tapi memberi pesan menguatkan, “ini lho ayah kalian..” walaupun massive-nya message ini saya lihat baru di minggu-minggu terakhir menjelang 9 desember, hari h pilkada. hasilnya ternyata efektif untuk membuat masyarakat menjatuhkan pilihan pada Sani, setidaknya ini berdasar hasil sementara KPU Provinsi Kepri sebelum diuji di sidang MK nanti. tentu saja hitung-hitungan efektif akan hal semacam ini perlu penelitian yang lebih mendalam.
sekali lagi ini pengamatan saya yang sempit akan wawasan politik. message saya sederhana, bahwa ternyata semassive apapun kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon, dari sekian banyak faktor pengangkat perolehan suara, layak diperhitungkan suasana psikologis warga masyarakat dengan mempertimbangan hubungan ayah dan anak. jangan sampai terbentuk image, sang anak melawan sang ayah.

Penulis itu pemberani

10 Sunday Jan 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


Saya awalnya ngeblog sebenarnya dipenuhi rasa malas. Ngeblog dalam pandangan saya dulu, mirip orang yang menulis diary, tempat curhat dan meluahkan gundah-gulananya perasaan untuk kemudian bisa menjadi konsumsi public melalui media social. Buat saya, hal semacam itu rasanya kurang arif, dan makanya semenjak keluarnya Friendster , wordpress ataupun blogspot, saya nggak tertarik.
Tapi seiring dengan kepindahan tugas saya ke Sampit, Kalimantan Tengah di sekitar akhir tahun 2011, saya memberanikan diri menulis di blog. Pilihan kemudian jatuh di wordpress, tentu saja yang versi gratisannya. Mulailah di tempat tugas baru saya menulis baik tentang perjalanan maupun tentang pekerjaan. Dan keberlangsungan menulis saya berlanjut hingga ke penempatan terakhir di Tanjung Balai Karimun.
Seiring perkembangan waktu, anak saya kemudian terjangkiti demam menjadi seorang youtuber dan membentuk kelompok kecilnya bernama SIKOPIKOLA, yang hingga saat ini saya juga nggak dapat jawaban kenapa pilihan nama itu yang mereka pilih. Dan sebagaimana layaknya youtuber, dicantolkan raihan prestasinya dengan iklan di Adsense, dalam rangka mendapatkan penghasilan. Itu sudah mulai berlangsung sejak sekitar awal kelas 9 dan hingga saat ini belum ada video yang “happening” dan menyedot pengunjung seperti “shinta dan jojo”. Ketertarikannya dengan youtuber bertambah dari kisah sukses Bayu Skak atau Raditya Dika yang berhasil “menghidupi” diri mereka dengan menjadi seorang youtuber. Boomingnya lagi saat ini komunitas youtuber sukses se-indonesia bergabung dan membuat semacam kaleidoskop bernama YOUTUBE REWIND INDONESIA. Sah –sah saja kalau ide rewind ini juga kemudian di-parodikan oleh komunitas SIKOPIKOLA menjadi versi YOUTUBER BINTAN. Coba lihat video ini : parody youtube rewind indonesia 2015

Apa yang ada dalam benak saya adalah keberanian berekspresi anak-anak jaman sekarang melalui medianya. Yang lagi booming tentu saja You Tube , sekalian jadi lahan mencari uang saku tambahan, melalui program iklan yang nempel di tayangan video mereka seiring kenaikan jumlah pengunjung. Step selanjutnya saya berharap anak saya akan berani menuangkan ide-ide segarnya dalam bentuk tulisan, seperti yang sudah dilakukan idolanya, Raditya Dika melalui berbagai karya novelnya.
Keberanian berekspresi juga ditunjukkan oleh teman-teman saya di komunitas menulis Bea Cukai yang di awal Desember 2015 lalu dideklarasikan secara resmi oleh Direktur Jenderal dengan nama CLiF kepanjangan dari Customs Literasi Forum. Saya sepakat dengan pilihan kata Forum dibanding dengan kata Club, karena sudah sedemikian banyaknya Club di Bea Cukai, mulai dari sepeda, selam, terjun paying, music, basketball, volleyball, dll.
CLiF sebagai sebuah wadah yang diawali dengan Capacity Building dimotori oleh personil yang secara pribadi saya kenal betul kualitasnya. Personil yang jika mereka terjun didalamnya, bukan pilihan yang terjadi secara kebetulan, dan lebih dari sekedar keisengan mereka tergabung didalamnya. Diskusi yang terjadi di group whatsapp pun demikian, gayeng dan berbobot. Padahal sejatinya personil-personil ini jelas lintas angkatan kelulusan. Ada banyak ide bermunculan dan sebagian saya yakin sudah mulai mereka susun secara individu untuk kemudian dibahas dalam pertemuan berikutnya yang saya yakin tidak akan lama lagi dilakukan baik formal maupun nonformal.
Ada ide photostory dari seorang tukang foto mumpuni tentang keberadaan seorang dog handler wanita berjilbab. Ada ide menulis tentang perjalanan intelijen muda di bidang kepabeanan, ada ide tentang rangkaian cerita kondisi kantor di remote area yang diharapkan jadi pakem bagi yunior yang akan ditempatkan disana. Ada juga ide novel yang entah nanti bentuknya seperti apa, tapi nafasnya tetap tentang kebeacukaian.
Saya menghargai keberanian siapapun mengungkapkan ekspresi, menuangkan perasaan bergejolaknya yang terpendam, menorehkan ide-ide yang jika disampaikan secara formal mungkin akan mentah dan hanya menjadi tumpukan naskah.
Menurut saya, penulis adalah pemberani. Dan menjadi seorang pemberani dibutuhkan keberanian. Ketukan jarinya di keyboard dalam merangkai sebuah tulisan bisa akan sangat lebih berarti dari seperangkat aturan yang kadang tidak bisa meliuk-liuk melilit himpitan sebuah pohon permasalahan hingga menumbangkannya.
Buat teman-teman CLiF, mengutip kata-kata penyemangat yang saya minta tuliskan mbak Asma Nadia di buku, menulislah, karena ia adalah lading amal. Dan sekali lagi, buat saya, penulis adalah pemberani.

2015 in review

04 Monday Jan 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2015 annual report for this blog.

Here's an excerpt:

A New York City subway train holds 1,200 people. This blog was viewed about 4,600 times in 2015. If it were a NYC subway train, it would take about 4 trips to carry that many people.

Click here to see the complete report.

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 27,979 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • Look, Think and Write
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES

tulisan saya

kunjungan

  • 27,979 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Create a free website or blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

Look, Think and Write

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • slametsukanto
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • slametsukanto
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...