• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Monthly Archives: January 2012

sepenggal cerita tentang ayahanda

28 Saturday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 1 Comment


Sudah lama rasanya ingin menuangkan apa yang ada di benak dan di hati semenjak kepergian Ayahanda pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 sekitar pukul 00:45 WIB. Rasa yang berkecamuk bukan karena ketidakikhlasan atas kepergian beliau karena kami sekeluarga telah mengikhlaskannya pergi ke haribaan Alloh subhanahu wataála. Rasa ini lebih karena ada perasaan bersalah karena tidak lebih banyak meluangkan waktu bersamanya saat ia masih ada. Rasa ini juga karena kerinduan atas segala sikap arifnya dalam menyikapi masalah walaupun dengan temperamen aslinya yang keras yang tertempa karena keadaan dan perjuangan dalam hidupnya.

Malam itu, malam setelah sore harinya sekitar pukul 14.00 WIB kami mengebumikan ayahanda di komplek pemakaman yang selama ini menjadi tetangga kami, karena letaknya yang hanya berbatas dinding tembok, kami berbincang tentang betapa mulianya ayah kami sembari mendo’akannya:

Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri.

Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)

Bapak-demikian kami anak-anaknya terbiasa memanggilnya-adalah sosok yang luar biasa di mata kami. Banyak hal yang membuat kami mengaguminya. Ia bukanlah seorang pejabat tinggi, bukan juga pengusaha sukses, tapi bagi kami Ia adalah lebih dari itu.

Bapak adalah seorang tukang batu, yang ditekuninya dari ia masih lajang hingga menikah dan dikaruniai sepuluh orang anak yang karena kehendak Alloh anak yang nomor 6 dipanggil-Nya dalam usia remaja. Sepuluh jumlah kami bersaudara yang untuk saat ini apabila aku ditanyakan tentang hal itu akan kusampaikan dengan rasa bangga. ya, aku merasa bangga bahwa meskipun kami yang tersisa sembilan bersaudara adalah tidak dalam posisi yang hebat dengan penghasilan luar biasa, tapi Bapak telah mengentaskan kami menyelesaikan jenjang pendidikan dengan skala prioritas minimal sarjana untuk yang laki-laki dan minimal SMA untuk yang wanita. Apa yang mendasarinya untuk memberi prioritas itu hanya semata amanah al-Qur’an bahwa arrijaalu qowwamuuna ‘alannisaa, Bapak harus mempersiapkan rijal-rijalnya menjadi qowwaamun ‘alannisaa.

Kami mengingat semasa dalam proses tumbuh bersama, untuk mencukupi semua kebutuhan kami dengn kemampuannya sebagai tukang batu, kami harus berbagi satu butir telor yang digoreng melebar hingga cukup bagi kami membaginya dengan sayur asem buatan emak .

Saat kebutuhan sekolah kami meningkat dan penghasilan Bapak tidak mencukupi, dengan sepeda ontel emak pergi ke pegadaian di ujung jalan desa sebelah pasar randugunting untuk menggadaikan kain “tapih” miliknya. Emak juga kadang harus berhutang di warung tetangga kami untuk kebutuhan dapur. Tapi itu barokah luar biasa bagi kami hingga membuat kami alhamdulillah bisa menyelesaikan pendidikan yang kami inginkan.

Pola pendidikan yang Bapak terapkan kepada kami tegas tapi demokratis. Beliau tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap apa yang kami mau dan hanya memberikan bekal iman dan taqwa yang membuat kami berpegang teguh kepada agama tercinta sebagai sandaran hidup.kegiatan rutin yang harus dilakukan adalah sholat magrib di langgar hibah Mbah Tasnyan – kakek kami dan tadarus al-qur’an sepulangnya di rumah.

Masya Alloh.. mengingat masa itu membuat kami menitikkan air mata dan mengucap syukur dengan keadaan sekarang..

ini semua berkat jasamu Ayahanda.. semoga Alloh senantiasa melindungi dan menempatkanmu di Jannah-Nya. aamiin ya robbal ‘alamiin..

dzulhijjah 1432 H

27 Friday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


Dzulhijjah tahun ini, aku mendapatkan amanah diluar expektasiku semula. aku mendapat amanah ditempatkan di kantor Sampit sebagai menggantikan mas Imam  yang bergeser posisi ke Pangkalan Bun menduduki posisi Kepala Kantor.
ekspektasiku semula adalah, aku mendapatkan penempatan di sekitar Batam, Bintan atau Karimun. sungguh sebuah anugerah apabila aku mendapatkan penempatan disana. akan tetapi inilah kenyataannya dan mau atau tidak mau harus aku jalani. 
siapapun yang mendapatkan amanah, semestinya akan muncul pertanyaan, apakah sanggup menjalaninya? mudah2an Alloh SWT selalu memberikan segala kemudahan dalam menjalankan amanah ini.
nama Sampit sebenarnya tidak asing bagiku di posisi sekarang. Ia adalah salah satu  tempat tujuan barang impor angkut lanjut dari Tanjung Perak. beberapa hari sebelum keluarnya skep mutasi ini bahkan aku telah beberapa kali komunikasi dengan pegawai disana menanyakan ketibaan barang impor angkut lanjut yang diangkut dari Tanjung Perak. nama pegawai ini adalah Pak Isnan, mudah2an orangnya baik dan bisa aku andalkan dalam menjalankan amanah ini. Aamiiin..
begitu aku kabarkan penempatan tugas baru ini ke istri dan anakku, mereka langsung melakukan pencarian di Google dan didapatlah informasi tentang keberadaan Sampit. 
insya Alloh setelah kenaikan kelas, dengan bulat hati mereka akan ikut denganku ke Sampit atau dengan nama asli kabupatennya : Kotawaringin Timur.
sekali lagi, aku tetap berdo’a semoga Alloh subhanahu wata’ala senantiasa memberikan rahmat dan hidayah serta memberikan segala kemudahan kepada kami, aku dan keluargaku, dalam menjalankan amanah ini. aamiin..

tiga tahun lebih

27 Friday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

rumah dinas injoko, shomad, Tanjung Uban


Sejak tiba di Surabaya tanggal 26 Agustus 2008, hingga saat dilaunchingnya kantorku menjadi kantor pabean modern pada tanggal 9 September tahun yang sama, berarti aku sudah bertugas lebih dari 3 tahun. Rekor penempatan mendekati penempatan pertama kali seperti di Tanjung Uban tahun 1995 sampai dengan 2000, atau lima tahun.
Surabaya , tinggal di komplek rumah dinas Injoko, komplek rumah dinas yang sedikit banyak aku ikut “merawatnya”. Komplek yang cukup unik karena petugas keamanannya hanya start bekerja mulai jam 21:30 BBWI dan tidak pernah tergantikan sejak komplek ini ada. Pak shomad namanya. Laki-laki bertubuh gendut dengan usia yang tidak lagi muda yang juga seorang alim di lingkungannya disebelah komplek berbatas tembok di sebuah rumah sementara yang berdiri diatas tanah bukan miliknya.
Minimal ada tiga peninggalanku yang kalau suatu ketika aku meninggalkan Surabaya, namaku akan disebut sebagai orang yang ikut merawat komplek rumah dinas ini dengan segenap partisipasi warganya. Pertama , lapangan olahraga sepakbola lengkap dengan gawangnya. Alhamdulillah, tiap sore anak2 kecil baik dari lingkungan komplek blok A maupun blok B, mereka bisa memanfaatkannya untuk bermain bola dengan bola plastik. Rencananya aku ingin mengusulkan ke Kanwil untuk merubah lapangan ini menjadi lapangan futsal yang lebih baik dan bisa disewakan melalui koperasi ataupun dibawah pengelolaan RT. Insya Alloh..
Kedua, lampu jalan. Alhamdulillah, dengan adanya lampu jalan yang mengambil fasilitas PJU dari PLN, komplek blok A menjadi terang benderang.
Ketiga, pos satpam yang juga merupakan rumah keduanya Pak Shomad. Pos satpam yang dulunya banyak dikeluhkan warga karena lebih mirip kandang atau gubuk, sekarang sudah berdiri megah menyambut penilaian kampung aman. Mudah2an bisa jadi juara. Kalau tidak nomer  satu, ya nomer dua, atau minimal juara harapan.
Mudah2an apa yang telah aku upayakan bisa menjadi ladang amal dan menjadi berkah buatku dan buat segenap warga blok A. aamiin..

haruskah aku ragu akan ketetapan-Mu?

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


kegalauan hati adalah hal yang lumrah terjadi suatu ketika di setiap manusia. Itu fitrah adanya. Rasulullah SAW sendiri pernah mengalaminya pada masa sulit ketika secara bertubi-tubi ditimpa musibah terberatnya yaitu kehilangan kakek, Abu Thalib dan istrinya, Khadijah.
Kegalauan hati adalah masa dimana seorang manusia didera ketidakpercayaan atau keraguan akan ketetapan Ilahi. Keraguan akan apakah benar ketetapan kejadian atau rentetan kejadian yang terjadi dan dialaminya adalah benar wajar adanya ditimpakan kepadanya. Apa yang menjadi keraguannya adalah karena dirinya telah merasa bahwa ia telah berbuat yang terbaik kepada Tuhannya dan sekarang adalah saatnya Tuhan membalas kebaikannya. Apa yang menjadi keraguannya juga adalah apakah benar Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang? Kalau benar, kenapa Ia selalu atau seringkali menimpakan cobaan, ujian atau masalah kepadanya. 
Keraguan itu timbul dalam pertanyaan selanjutnya yaitu apakah benar takdir buruk harus selalu menimpanya dan itu telah tercatat di Lauhul Mahfuz? 
Masya Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Berkehendak…
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Alloh azza wajalla..
Alloh Maha Tahu apa yang terbaik bagi mahluk-Nya..
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.” (QS 94 Al Insyirah ayat 5-8).

Hari berikutnya tidaklah sama

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


Hari ini tanggal 9 september 2010 atau bertepatan dengan tanggal 30 ramadhan 1431 hijriyah, dalam perjalanan pulang di atas pesawat Citilink GA 030 Surabaya-Batam diatas ketinggian 11.000 feet, saya menyempatkan diri menuliskan sesuatu.
Hari ini adalah hari terakhir perjalanan satu bulan dari bulan yang penuh rahmat dari Alloh subhanhu wata’ala, bulan Ramadhan. Bulan yang lazimnya dibagi kepada tiga tahapan perjalanan amal beserta imbalannya, yaitu sepuluh hari pertama dilingkupi dengan rahmat,  sepuluh hari kedua dilingkupi dengan maghfiroh, dan sepuluh hari terakhir dengan itqumminannar.
Ada perbedaan yang benar-benar diperlihatkan oleh Alloh pada bulan Ramadhan. Di bulan ini, entah karena janji pahala yang diberikan kepada setiap amal perbuatan baik yang dilipatgandakan hingga tujuhratus kali, atau karena dibelenggunya setan yang biasanya memberatkan langkah kali ummat ke musholla atau masjid, atau karena semata-mata mengharap ridho-Nya.
Tiga puluh hari berpuasa wajib, buat insan yang bekerja adalah jauh lebih ringan. Karena artinya ia telah mengisi keseluruhan harinya dengan kerangka ibadah. Sejak terbangun sahurnya pukul 03.00 dini hari, imsak dan sholat subuh di sepuluh menit sesudahnya, mengisi waktu menunggu datangnya fajar dengan membaca Al Qur’an dan menutupnya dengan dua rokaat sholat sunnah.
Selanjutnya sampai kepada masanya ia bersiap berangkat ke tempat kerja pukul 06.30 dan mulailah ia menjadi pekerja ibadah hingga saatnya sholat dhuha ditunaikan pukul 09.00. Waktu selanjutnya adalah 11.30 saatnya berkumandang azan zuhur dan 14.30 saatnya azan ashr berkumandang dan diselingi diantara keduanya dengan mendengarkan majlis taklim. 
Alloh memberikannya nikmat pertamanya di dunia saatnya azan magrib tiga pukul 17.30 dan wajib dibatalkannya puasa. Satu jam kemudian adalah waktu baginya berduyun-duyun untuk berjamaah isya’ yang diteruskan dengan taraweh hingga membaca qur’an sampai 21.00 saatnya ia kembali ke peraduannya untuk kembali terbangun pukul 03.00 dinihari dan begitu seterusnya setiap hari selama periode sebulan ramadhan.
Subhanalloh.. Bisakah rutinitas seperti itu kembali berulang dan berulang terus bukan hanya di ramadhan? Sungguh, setelah hari ini, hari berikutnya tidaklah akan sama tanpa kehadiranmu ya Ramadhan..

Do’a dan Nadar

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


Dalam suatu kesempatan perbincangan di kendaraan yang membawaku berangkat ke kantor  di suatu pagi, aku berbincang serius dengan yunior angkatan , tentang Nadar.
Perbincangan bermula saat ia menceritakan tentang telah ditunaikannya nadar yang telah diucapkannya ketika ia dan istrinya berniat untuk segera memiliki momongan setelah mereka menikah. Ia dan istrinya ini adalah pasangan usia muda yang keduanya baru menikah dan keduanya memiliki profesi kerja dengan domisili pekerjaan yang berbeda. Istrinya bekerja di sebuah bank plat merah di jakarta, sementara Ia bekerja sekantor denganku.
Dari awal sebenarnya mereka bersegera memiliki momongan, tapi di awal pasca pernikahan itu juga ada beberapa hal yang pada akhirnya berujung kepada kekhawatiran keduanya tentang kehadiran si buah hati. Atas dasar itulah, mereka berdoa dan menyampaikan nadar untuk segera diberikan momongan.
Kenapa sebuah permintaan dari hamba kepada Tuhannya harus disertai dengan nadar? Apakah tidak cukup sebuah permintaan do’a seperti biasanya dari seorang mahluk kepada Sang Khalik dengan tanpa embel-embel nadar? 
Keterbatasan pengetahuan agama kami berdua pada akhirnya membatasi jawabannya atas pertanyaan itu selain hal yang kami ketahui bahwa nadar adalah wajib hukumnya ditunaikan apabila apa yang kita kehendaki tercapai.
Tapi keterbatasan itu juga yang membuatku berpikir bahwa apa yang disampaikan sebagai “‘ud’unii istajiblakum” adalah hanya sebuah pintu bagi setiap mahluk dalam rangka meminta apapun yang dikehendakinya kepada Sang Khalik. Tapi kapan permintaan itu direalisasikan oleh-Nya? Jawaban atas pertanyaan ini adalah murni menjadi domain Alloh Sang Khalik. Ada kalanya sebuah permintaan dalam bentuk do’a itu segera terrealisasi dan ada juga yang hingga berkali-kali dikumandangkannya tetap saja tidak terrealisasi. Atau jawaban atas do’a itu baru terrealisasi kemudian hari disaat si pemohon telah lupa bahwa ia pernah memintanya. Dalam menghadapi hal ini, berbaik sangkalah kepada Sang Khalik, yang Maha Tahu kapan saat terbaik buat mahluknya. Wallohu a’lamu bishshowaab..
Apakah sebuah do’a harus disangatkan dan dimaknai sebagai sebuah do’a atau permintaan yang sungguh dengan disertai nadar? Pertanyaan ini juga menarik karena mungkinkah Sang Khalik meminta imbalan atas apa yang diberikan kepada manusia? Alloh Maha Kaya, mustahil bagi Alloh meminta imbalan dari mahluknya. 
‘ud’unii istajiblakum… Berdo’alah kepadaKu, niscaya aku kabulkan.. Tidak ada prasyarat disitu. Tapi kemudian menjadi hak prerogatif Sang Khalik untuk memutuskan kapan saatnya apa yang diminta mahluknya dipenuhi.  
   

Dialog meja makan

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 1 Comment


Ada satu hal yang  kurasakan kehilangannya saat jauh dari anak dan istri tercinta, selain kehilangan-kehilangan lainnya. Ia adalah saat bertemu dan berdialog di meja makan sambil menikmati makan malam sepulang sholat magrib di musholla. Saat itu bisa aku ceritakan kepada anakku bahwa saat makan malam seperti inilah syaithonirrojiim menunggu kelengahan ahlilbait sesaat setelah pulang dari sholat magrib di musholla dan masuk ke rumah. Jika kita lupa mengucapkan salam, maka syaithonirrojiim bergembira karena malam ini ia telah mendapat tempat menginapnya.  Yang lebih penting adalah  ketika kita telah berada di meja makan sebelum mulai makan malam. Jika kita lupa mengucapkan do’a maka syaithonirrojiim telah mendapatkan makan malamnya sama dengan apa yang kita makan. Na’uzubillahi minzalik.. 
Jadi ingatlah akan dua hal itu nak! Unjuklah salam sebelum kau masuk kedalam rumahmu dan ketika bertamu serta bacalah ayat Tuhanmu ketika hendak memasukkan makanan kedalam ragamu yang kita hendak ia menjadi daging dan menjaga sehat ragamu. Amiiin…
Saat di meja makan itulah banyak hal lain yang bisa disampaikan dan rasanya terlalu pendek masa makan malam itu.
Dialog di meja makan itulah saat dimana aku menerima laporan-laporan ringkas seputar apa yang terjadi saat aku berada di kantor, saat dimana mereka, anak dan istriku juga memiliki aktifitasnya masing-masing. 
Dialog di meja makan itulah aku bisa bercerita betapa dulu bapakmu ini cukup disuguhi makan malam dengan lauk telor dadar dipotong menjadi enam dengan tempe atau tahu serta sayur asam seadanya, karena memang itulah adanya nak. Jadi sudah semestinya kalian nak, bersyukur karena orangtuamu telah bisa memberikan makanan yang bisa menutrisi darahmu dengan kandungan gizi yang Insya Alloh cukup meskipun jauh dari sempurna.. Bersyukurlah nak, karena kalian seringkali liat sendiri betapa banyak anak seusia kalian yang tidak merasakan apa yang kalian makan saat ini…
Dialog di meja makan saat makan malam.. Sudah sekitar setahun ini frekuensimu jadi jauuh berkurang.. Sekarang, paling cepat dua minggu sekali, itu dengan resiko terpotong minimal 2,5% hakmu nak..  (walaupun engkau rela habis 100% pun nggak masalah yang penting ada aku disisimu.. )
Dialog meja makan, mudah-mudahan dimasa yang akan datang, suasana saat seperti dulu saat kalian berdua masih lucu-2nya , masih bisa kita teruskan setelah papamu ini dipindahkan dan kita berkumpul bersama lagi.. Amiiin.. 

Wisdom in the air

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 2 Comments

Tags

Jemy V. Confindo, Lion Air, Wisdom in the air


Untuk yang kedua kalinya saya tertarik dengan bacaan yang ada di Lionmag, Wisdom in the air yang ditulis oleh Jemy V.Confido yang punya situs di http://www.jemyconfido.com
Kali ini, Jemy menuturkan tentang Kebenaran dan Pembenaran.
Alkisah tentang seorang pemuda yang memiliki sebuah mikroskop. Sedemikian takjubnya ia dengan benda ini sehingga berulangkali dicobanya alat ini untuk melihat benda-benda yang indah seperti kelopak bunga dan batu mutiara. Hingga suatu ketika, saat ia tengah menyantap sambal kegemarannya yang biasa ia beli d warung pinggir jalan, tergerak hatinya untuk mencoba melihat apa yang ada dalam sambal itu. Betapa terkejutnya ia manakala dilihatnya ada cacing bergerak2 didalam sambal yang ditempatkannya dibawah mikroskop itu. Sejenak ia terduduk dan berpikir merenung betapa ia telah sekian tahun lamanya mengkonsumsi sambal itu, dan baik- baik saja. Bahkan ia masih teringat saat teman2 nya diolehi bungkusan sambal itupun mereka berkomentar yang sama. 
Lamanya ia terdiam sampai kemudian pemuda ini mengambil keputusan. Diangkatnya mikroskop itu, dibantingnya hingga berkeping dan dilemparkannya ke semak belakang rumahnya.
Kisah diatas menggambarkan kehidupan nyata yang seringkali dihadapi kita. Saat kita bertemu dengan hal yang indah dan menyenangkan kita, akan dengan senang hatinya kita menerimanya sebagai sebuah kebenaran. Akan tetapi saat kita dihadapkan dengan hal yang tidak berkenan dan tidak menyenangkan, dengan mudahnya kita akan membuangnya dan mencari pembenaran atas tindakan kita itu.
Jemy Confido menggrading Pembenaran sebagaimana sebuah stadium kanker. Dimana menurutnya, stadium awal dari Pembenaran itu adalah Blaming atau menyalahkan orang lain. Contoh yang disampaikannya adalah ungkapan : ” saya sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi tidak ada yang mendukung saya”. Bisa jadi sebenarnya orang tersebut telah benar-benar berusaha, tapi dalam konteks ini orang tersebut adalah dia belum berusaha sebaik yang dia ucapkan namun menutupinya dengan menyalahkan pihak-pihak yangg tidak mendukungnya. Pengobatan atas kanker pembenaran stadium ini bisa diobati dengan merubah pertanyaan tersebut diatas ditujukan kepada diri kita sendiri dengan bertanya : ” benarkah saya sudah melakukan yang terbaik dan benarkah tidak ada satu orangpun yang mendukung saya?”
Pada stadium menengah, pembenaran mengambil bentuk excuse. Dalam hal ini si pelaku seolah-olah menerima bahwa dirinya belum berusaha namun memaklumi hal tersebut karena ia tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan usaha tersebut. Contoh excuse misalnya : “tentu saja saya belum bisa melakukan usaha terbaik karena saya tidak memiliki biaya, orang dan waktu yang cukup untuk itu”. Pembenaran dalam bentuk excuse bisa dikoreksi dengan pertanyaan : ” bila saya memiliki biaya, orang dan waktu apakah saya akan melakukan usaha yang lebih baik daripada yang saya lakukan sekarang?”
Pembenaran stadium akhir adalah mengambil bentuk Justify. Pelaku dalam konteks ini membenarkan sikap atau tindakan yang dilakukannya. Contoh Justify misalnya : ”     Saya tidak perlu melakukan usaha terbaik karena belum jelas hasil yang akan dicapai “. Stadium ini lebih sulit diatasi karena pelaku berlindung dibalik argumen yang sepertinya cukup kuat. Tapi koreksi bisa dilakukannya dengan mengajukan pertanyaan : ” Bila hasilnya sudah jelas, apakah saya bersedia melakukan usaha terbaik? “.
Jemy Confido menyampaikan bahwa semakin tinggi stadium pembenaran yang dialami seseorang, semakin kuat dalih-dalih yang digunakannya.
Lalu bagaimana agar kita terlepas dari pembenaran? Jawabannya terletak pada kisah si pemuda dengan mikroskopnya diatas. Sama seperti kehidupan kita, saat kita menemukan ( memiliki ) mikroskop, kita akan menerimanya dengan baik saat kita menggunakannya untuk melihat fakta-fakta yang indah seperti kelopak bunga atau berlian. Sebaliknya, ketika kita menggunakan mikroskop untuk melihat fakta-fakta yang tidak indah seperti cacing dalam sambal tadi, maka kita dihadapkan pada dua pilihan yaitu membuangnya mikroskopnya dan membiarkan kita memakan sambal yang ternyata ada cacingnya atau pilihan yang lebih bijak adalah dengan berhenti memakan sambal yang kurang higienis itu sebelum kita sakit perut.     

JT 970 16102010

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, Bintan, Lion Air, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Tenaga Kerja Indonesia, TKI


Untuk kesekian kalinya, rute ini kutempuh selain rute lainnya, GA 030 atau Batavia flight (lupa nomer flight-nya) demi sebuah tujuan mulia, bertemu keluarga tercinta di Tanjung Uban, Bintan.
Untuk kesekian kalinya juga, selalu, dengan flight ini dan dua flight lainnya (ada tiga penyedia penerbangan rute ini yaitu Lion Air, Citylink-operated by Garuda Indonesia dan Batavia Air), saya akan bersama saudara sebangsa dan setanah air yang akan menunaikan tugas mulia yaitu mendulang devisa ringgit di negara jiran kita di Malaysia, para pahlawan devisa – demikian sebutan heroiknya, para TKI.
Rupanya rute ini memang dibuka trip langsung Surabaya – Batam salah satunya khusus memfasilitasi perjalanan mereka menuju tanah harapan mereka. Luar biasa.
Dan selalunya juga, saya akan dihadapkan dengan roman muka dibawah standar pelayanan oleh pramugari yang mungkin didalam hatinya agak sedikit menggerutu ( rrrgggghhh.. Wong ndeso meneh..) hehehehe.. Dan khusus untuk grading dari tiga penerbangan ini, saya telah memeringkatnya dengan peringkat jutek pertama adalah Batavia Air, kedua Lion Air dan terakhir Citilink. ( tapi jangan salah, khusus Lion Air, kalo mereka kemudian tahu saya duduk di seat sambil ketak-ketik di Ipad, muka mereka langsung sumringah.. Hehehehe.. Jangan2 dipkirnya saya bos TKI..)
Tapi memang, dari sekian kali penerbangan, kelakuan mereka rodok nyleneh.. Mulai nyrobot barisan antrian masuk boarding, nanyain seat ke pramugari, mbawa makan nasi bungkus di pesawat, sampe masih telpon-telponan dengan sedulur2nya yang intinya ngabarin – aku wis neng montor mabur iki.. ( khusus permintaan mematikan telpon angin ini, kadang bisa di announce sampai sekian kali.. Manstap!!)
Tapi kejadian yang paling membuat saya miris adalah resistensi dari bapak-bapak petugas security di keberangkatan Juanda yang mengunderline rombongan mereka dengan menanyakan kembali identitas KTP pada saat masuk ruang tunggu dan juga menanyakan – “sopo sing ngurus iki?” hahahaha… (kayaknya ada yang akrab dengan pertanyaan ini.. ). Mudah2 an ketatnya screening oleh bapak2 security di keberangkatan ini bertujuan baik, yaitu menghindari mereka dari Human Trafficking..
Sesampainya di Batam juga demikian, mereka, para pahlawan devisa ini, akan discreening oleh petugas Disdukcapilko Batam. Luar biasa mereka, pengendusannya bisa dengan cepat memilah mana yang datang dengan profesi TKI atau bukan.. Untungnya saya tidak termasuk yang kena endus selama bolak-balik ini..hehehehe..
Tapi itulah mereka, para pahlawan buat negara dan buat keluarga mereka. Perjuangan mereka luar biasa!! Dan cerita mereka sesampainya di Batam akan lebih panjang lagi dimulai dari dihadapkannya pilihan untuk menjadi TKI legal atau illegal. Yang legal-pun masih displit lagi, bener2 legal melalui proses training dan penempatan, ataupun yang hanya sekedar bisa memiliki passport dan masuk ke negeri jiran Malaysia. Yang tragis, mereka yang kemudian memilih ( atau mungkin hanya satu2nya pilihan) , berangkat dengan pancung sempit lewat jalur terpendek Bintan – Johor.. Masya Alloh..
Sekali lagi, itulah mereka, para pahlawan untuk keluarganya di kampung, yang terpaksa harus berjuang di negeri orang. Artinya, nasib saya, nasib kita, jauuuuuhhh lebih baik ( jangan marah kalo di compare dengan TKI yaa.), mesti banyak bersyukur… Mudah2an dengan dengan bersyukur, rejeki kita akan dilipatgandakan.. Amiin… Mudah2an trip perjalanan saya, selama masih ditempatkan di Surabaya, akan selalu bersama orang2 yang didoakan keluarganya di kampungnya yang berharap kucuran wesel dan western union, akan selalu selamat sampai tujuan, sampe kemudian dipindahtugaskan kemana lagi.. Hehehehe..

Perlukah kita merebut amanah?

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment


Amanah adalah kata yang memiliki pengertian yang luas. Amanah lazim diidentikkan dengan jabatan atau kekuasaan. Menurut pendapat saya pribadi, amanah adalah segala bentuk titipan yang diberikan kepada seseorang untuk disampaikan kepada tujuan. 
Bahwa amanah yang saya maksud disini adalah amanah berupa jabatan atau kekuasaan. Alkisah pada beberapa abad silam, telah tertulis dalam sejarah islam tentang bagaimana sebuah amanah adalah sesuatu yang seandainya itu bisa dihindari, maka itu akan lebih baik bila dihindari. Betapa beberapa sahabat Rasulullah yang memegang tampuk amanah sebagai Khulafa’urrasyidiin, menerima amanah itu dengan sangat terpaksa dan penuh dengan cucuran airmata. Cucuran airmata itu tulus bukan sebagai luapan kegembiraan yang lazimnya dibarengi dengan sujud syukur, akan tetapi airmata itu adalah airmata kesedihan dan ketakutan apabila amanah itu tidak bisa dilaksanakannya dengan baik. Para sahabat Nabi ini sadar betul akan konsekuensi digenggamnya amanah ini tidak hanya akan dipertanggungjawabkannya kepada segenap ummat muslimin di dunia, tapi juga akan dipertanggungjawabkannya di akhirat kelak. Walaupun sesungguhnya para khulafa’urrasyidiin ini telah mendapatkan jaminan sebagai ahlilbait syurga.
Bahwa dalam sejarah islam selanjutnya juga diteruskannya kuatnya menjaga amanah ini oleh penerus kekaisaran islam.

← Older posts

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 27,870 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES
  • Kumpulan Hadist Bukhari Muslim

tulisan saya

kunjungan

  • 27,870 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Create a free website or blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Kumpulan Hadist Bukhari Muslim

Mutiara Hadits Bukhari Muslim - Al Lu'lu' Wal Marjan

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • slametsukanto
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • slametsukanto
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar