• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Tag Archives: Tanjung Uban

dangkung

23 Tuesday Feb 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

Bintan, dangkung, joget dangkung, kesenian melayu, lobam, melayu, nyonya singapura, seni dangkung, seni melayu, Tanjung Uban, telok sasah


imageimage

dangkung1/dang·kung/ n penyakit kusta yang telah parah (terutama yang telah membusukkan kulit); KBBI

Itu hasil googling saya dengan kata pencarian “dangkung”, dalam rangka mencari arti kata itu. Cukup mengagetkan. Arti lainnya dengan kata yang sama, diterjemahkan dengan arti yang tidak kalah negatifnya. Saya rasa inilah yang membuat pergerakan jumlah kosa kata bahasa Indonesia bergerak lambat sebagai sebuah bahasa besar dengan ribuan bahasa daerah pendukung yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.

Saya mencari arti kata “dangkung” bukannya tanpa sebab. Ini karena kata ini masih asing di telinga, saat saya bersama keluarga menyaksikan sebuah tanggapan yang disajikan dalam sebuah acara ngunduh mantu saudara kami di daerah Telok Sasah, sebuah kelurahan di wilayah Tanjung Uban, Bintan. Tanggapan berupa live musik yang disajikan oleh sekelompok orang dengan pakaian sederhana, bahkan sangat sederhana. Beberapa pemain alat musiknya memang masih muda, tapi tidak demikian dengan penyanyinya, ia sudah menuju senja. Suaranya pun tidak bisa dibilang merdu. Tapi cengkok khas melayunya, pas ia bawakan.
Dengan mengambil tempat di belakang barisan para penyambut tamu, grup musik ini memainkan lagu-lagu melayu dari negeri jiran. Seingat saya ada satu lagu populer yang pernah akrab di telinga dengan judul, Nyonya Singapura. Aransemen musiknya yang luar biasa sederhana dan pembawaan penyanyinya yang semangat, membuat suasana hajat ngunduh mantu dari keluarga laki-laki dengan adat melayu ini jadi hidup. Semua tamu undangan benar-benar terhibur. Sebagian malah senyum-senyum melihat tampilan energik sang penyanyi.
Saya bertanya ke istri, tentang nama kesenian ini, dan namanya adalah Dangkung. Semestinya dalam bentuk aslinya, sebagaimana disampaikan beberapa orang yang saya tanya, penampilan grup musik Dangkung ini diiringi dengan joget plus sawerannya. Katanya di beberapa hajatan nikah sebelumnya juga pernah ada, tapi diberikan kesempatan perform di penghujung acara, dan disajikan khas buat ibu-ibu penjaga dapur dan pencuci piring, alias konco wingking.
Praktis selama menikmati santapan yang disajikan oleh tuan rumah ada empat lagu yang bisa saya dengar, dan kami puas. Saya kemudian membandingkan kurang lebihnya kesenian daerah semacam ini dengan sebagian besar kesenian daerah lainnya yang dihidupkan dan dilestarikan oleh orang-orang tua, seperti Tanjidor di Betawi. Kesenian daerah semacam ini dianggap oldis dan kurang diterima. Tuan rumah biasanya lebih senang menyajikan organ tunggal atau band yang lebih modern.

Dangkung, sebuah kegiatan bermusik khas melayu, dengan tampilan seadanya, mestinya tidak disajikan untuk kalangan konco wingking. Ia layak sebagai penampil utama dalam sebuah acara resmi guna menghidupkan dan melestarikan keberadaannya.

retak seribu

11 Monday Jan 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 1 Comment

Tags

Bintan, cangkir, kedai kopi, penyengat, pulau bintan, retak seribu, seloka, Tanjung Uban


sudah pernah jalan di Tanjung Uban di Pulau Bintan? kalau belum, cobalah sesekali jalan dan menikmati slow motion-nya kehidupan seperti di film Cars saat Lightning McQueen tersesat ke daerah yang sudah tidak lagi disinggahi kendaraan. anda akan merasakan betapa hiruk pikuk yang selama ini dialami di Jakarta, seperti terlepas begitu saja. ini menurut versi saya, dan satu-satunya alasan mengatakan demikian adalah karena home base saya ada di Bintan, tepatnya tanjung uban. kalau anda pengen tahu bentuk geografis pulau Bintan, lihatlah kacang mente, maka tanjung uban itu lokasinya ada di bagian atas, sementara tanjung pinang ada di bagian bawah lengkap dengan pulau penyengat di seberangnya.

Tanjung Uban, kodratnya adalah kehidupan melayu yang mendominasi. karenanya jangan ditanya jumlah kedai kopi yang ada, dan hal yang menarik dari sebagian besar kedai kopi yang ada adalah cangkir khas made in tiongkok seperti ini :

SAMSUNG

Cangkir kopi

cangkir itu tentu saja muat kopinya tidak banyak, karena itu adalah porsi yang pas untuk diminum. karena bisa saja seseorang bertemu dengan beberapa temen dalam sehari di kedai kopi yang berbeda. dan jadi nggak asik kalau memenuhi undangan menghabiskan waktu di kedai kopi itu tanpa ngopi. asiknya, budaya minum kopi ini mengadopsi minum kopi pancung, kopi yang disajikan separuh dari porsi normalnya.

saya ngga usah membedakan penamaan lainnya untuk kopi. karena selain nama kopi o, sependengaran saya belum pernah mendengar penyajian kopi obeng, kopi menggunakan es. istilah obeng melekat hanya di sajian minum teh saja, ada teh o atau teh obeng.

di Tanjung Uban, hanya ada satu kedai kopi yang melalui tahapan giling dulu sebelum diseduh, namanya kedai kopi seloka. tempatnya pas di arah keluar pelabuhan penumpang Tanjung Uban , sebelah kanan. tanya saja, kedai kopi Seloka, orang setempat sudah pasti tahu. tempatnya kurang asik sebenarnya apalagi untuk ukuran anak muda, karenanya kedai kopi ini hanya disinggahi orang-orang tua yang sudah mulai melekatkan pantanya di kursi kedai kopi jam setengah enam pagi.

satu lagi kawan, sesekali pesanlah kopi dengan meminta untuk disajikan dengan cangkir retak seribu. permintaan khusus yang artinya sang peminum kopi meminta kopinya dituangkan dalam cangkir yang sudah “berumur”. tau kan kalau orang sudah berumur? ia akan terlihat guratan ketuaan. demikian juga dengan cangkir retak seribu, dimana sejatinya ia sama sekali tidak retak, tapi sudah dipenuhi guratan-garis seperti mau retak. itu terjadi sangking tua-nya cangkir ini mengantarkan kopi panas bagi peminumnya. cobalah sesekali merasakan sensasinya, walaupun saya yakin buat kawan yang sayang sekali meluangkan waktu berlama-lama duduk di kedai kopi, rasanya tidak jauh beda. cuma biar kawan ikut membayangkan, sudah berapa banyak bibir yang pernah menempel di cangkir retak seribu itu.

quality meeting

15 Saturday Sep 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, cengkareng, jakarta, nafkah, Tanjung Uban


“flight attendant, door close, slide bar and cross check” demikian aba-aba yang disampaikan oleh pilot lewat speaker di ruang kabin pesawat setelah didahului dengan nada tone single berbunyi “tut”.  Aba-aba itu tentu saja ditujukan kepada segenap flight attendant atau pramugari pesawat setelah pilot mendapatkan laporan final terhadap keseluruhan kondisi pesawat termasuk diantaranya jumlah penumpang. Aba-aba inilah yang aku tunggu di trip perjalananku kali ini dari Jakarta ke Batam menuju Tanjung Uban, dimana keluarga, anak dan istriku tinggal. Aku harus  menempuh perjalanan ini di hari sabtu dimana aku seharusnya masih ada di kelas. 
Perjalananku ke cengkareng menuju penerbangan ini, aku diantar oleh seorang teman yang belum lama kenal. Dia heran dan menyampaikan pertanyaan, kenapa harus pulang sementara hari minggu aku harus kembali. Pertanyaan klasik yang terlontar adalah, “apa ada keperluan penting pak?”. Aku hanya tersenyum dan menjawab ringan, “setiap pertemuan dengan keluarga, anak istriku adalah keperluan penting mas..”, dan dengan tidak membantah ia mengamininya.
Sepanjang perjalananku ke arah bandar udara Cengkareng itu kemudian aku penuhi cerita bahwa betapa banyak juga ayah-ayah lain yang senasib denganku. Yang hanya punya waktu satu atau dua hari berkumpul bersama anak istrinya setelah seminggu atau dua minggu atau bahkan tiga minggu terpisah. Aku juga sadar, bahwa kami , ayah-ayah yang terpisah dari anak istri ini harus memiliki kesiapan yang cukup moril dan materiil, dan rasanya sudah banyak ceritaku di note-note sebelumnya di blog ini yang kalau diceritakan lagi bisa membosankan.. 🙂 . Tapi di perjalanan ini aku mendapatkan pelajaran penting dari teman yang belum lama aku kenal ini. Pelajaran itu adalah kesepahamannya bahwa bagian terpenting dari seluruh rangkaian kesibukan kami, para ayah yang “terpaksa” jauh dari anak istri, tentang quality meeting. Yup, meskipun hanya satu hari satu malam, asal pertemuan dengan anak istri ini berkualitas, jauh lebih penting daripada bertatap muka setiap hari tapi ayah tidak tahu apa-apa tentang perkembangan anak dan aktifitas istrinya. Mudah-mudahan ini bukan sekedar dalil pembenar kami para ayah yang terlalu sering meninggalkan anak istrinya demi sebuah tuntutan tugas dan pekerjaan. Niat kami tentu saja mulia, memberi nafkah yang baik kepada anak istri kami, meskipun “terpaksa” harus berjauhan dengan mereka.
Mudah-mudahan, dengan niatan ibadah, keadaan apapun yang membuat kami berada dalam kondisi seperti ini selalu mendapatkan ridho-Nya.. aamiin..

Tjilik Riwut JT671

11 Saturday Aug 2012

Posted by slametsukanto in gawean

≈ 1 Comment

Tags

batam, Bintan, boeing 737 900ER, HM Arsyad, jawa, JT671, kalimantan, Lion Air, palangkaraya, pengadilan negeri sampit, sampit, suku banjar, Tanjung Uban, tjilik riwut, travel


Dinihari itu aku terbangun dan terlihat jam menunjuk pukul 01:00 WIB. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan membasuh muka dengan berwudhu, kubuka lembar sajadah indah , pemberian teman yang ia belikan sebagai oleh-oleh sewaktu umrah , dan mengangkat tangan mengucap takbir mengawali sholat. Dua rokaat aku selesaikan, kulirik jam dan telah menunjuk pukul 01:15 WIB, atau lima belas menit lagi menjelang kedatangan travel yang akan membawaku ke Palangkaraya. Ya, pagi ini aku mesti berangkat dinihari kesana untuk naik pesawat di Bandara Tjilik Riwut pukul 06:50 WIB . Rute penerbangan lewat Palangkaraya ini terpaksa aku tempuh karena connecting dengan penerbangan lanjutannya ke Batam di hari yang sama. bisa saja aku mengambil penerbangan lewat Sampit dengan Kalstar, tapi mesti nginep dulu di jakarta untuk bisa berangkat keesokan paginya ke Batam. Atau bisa juga berangkat dari Sampit ke Surabaya dengan Merpati , tapi sama juga, mesti nginep dulu sebelum keesokan paginya terbang ke Batam. Lumayan repot.. hihihi.. makanya aku pilih rute Palangkaraya – Jakarta – Batam yang connect di hari yang sama, lebih praktis menurutku.
Tepat pukul 01:30 WIB, hp-ku berdering dan ketika kuangkat terdengar suara laki-laki yang tidak lain adalah sopir travel yang akan menjemputku. Tidak lama, setelah sepuluh menit dari pembicaraan melalui telpon tadi , mobil travel innova itu sudah ada di jalan depan rumah, jalan HM Arsyad, tepat di depan Pengadilan Negeri Sampit, dan setelah aku letakkan tas di bagasi, kami berangkat menjemput penumpang travel lain. Tepat pukul 02:00 WIB, kami meninggalkan Sampit menuju Palangkaraya dengan muatan sebanyak empat orang, aku duduk di depan, dua penumpang lainnya duduk di tengah dan satu orang duduk di bangku paling belakang. Kami sama-sama calon penumpang penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Perjalanan empat jam ini harus ditempuh dengan perkiraan waktu tiba tepat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya sekitar pukul 06:00 WIB. Dari waktu tempuh empat jam ini, kami berhenti sekali di kilometer 98 atau lebih kurang di separuh perjalanan. Tempat istirahat atau pemberhentian ini berupa sebuah warung yang lumayan komplit yang beberapa kali aku menjalani trip ini selalu ditunggu oleh seorang anak perempuan keturunan suku banjar. Di warung yang juga jadi tempat istirahat truk bermuatan barang dari Banjarmasin untuk tujuan Sampit ini aku bisa meminum segelas coffeemix dan menjalankan sholat subuh.
Tepat pukul 06:00 WIB saya sampai di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan langsung menuju konter check-in Lion Air. Dari pengamatanku beberapa kali menempuh rute ini, penerbangan Lion Air rute Palangkaraya – Jakarta ini lumayan juga jumlah penumpangnya dan menurut hitunganku hampir selalu dalam kondisi 90% kursi boeing 737-900ER terisi. Salah satu alasannya menurutku karena tidak ada delay atas rute penerbangan ini karena pesawat standby di bandara.
Sekedar menggambarkan Bandara Tjilik Riwut, namanya diambil dari Gubernur Kalimantan Tengah pertama, seorang putra daerah asli Kalimantan bersuku Dayak. Bandara ini sebagaimana bandara lain di indonesia yang sebenarnya adalah pangkalan TNI AU, terletak di arah luar kota Palangkaraya arah Banjarmasin. Tataruang untuk memasuki areal atau kawasan bandara ini tertata rapi dengan akses masuk berupa jalan besar yang dipisahkan oleh taman di tengahnya. Bangunan bandara sendiri menyerupai rumah adat dayak atau sering dinamakan betang, dengan ornamen tameng di hampir seluruh tiang penyangga bangunan bandara bagian luarnya.
Setelah boarding, aku segera menuju ke warung yang ada di sudut ruangan sebelum ruang tunggu dan meminta untuk dibuatkan segelas energen cereal rasa coklat untuk sekedar mengisi perut pengganti sarapan sebelum limabelas menit kemudian memasuki ruang tunggu untuk boarding.
Dan tepat sesuai jadwal penerbangan, pesawat Lion Air JT 671 yang aku tumpangi berangkat ke jakarta. Di cengkareng selanjutnya aku melapor ke bagian transit dan menunggu jadwal keberangkatan pesawat selanjutnya ke Batam untuk kemudian ke Tanjung Uban, Bintan. Bersyukurnya aku di rute penerbangan ini, kadang aku bisa bertemu dengan teman dan sahabat yang bersedia meluangkan waktu menemaniku menunggu saat terbang ke Batam.
Keseluruhan waktu yang mesti aku tempuh dalam rangka kepulangan menuju rumah ini kurang lebih empatbelas jam, sebuah hitungan waktu yang cukup lama yang disebabkan dua kali penerbangan, tiga moda transportasi ( darat, laut dan udara ) dan melewati dua pulau besar ( Kalimantan dan Jawa ) dan dua pulau kecil ( Batam dan Bintan ). Mudah-mudahan selama aku menjalani rute perjalanan ini senantiasa mendapat perlindungan Alloh subhanahu wata’alaa.. aamiin..

tiga tahun lebih

27 Friday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

rumah dinas injoko, shomad, Tanjung Uban


Sejak tiba di Surabaya tanggal 26 Agustus 2008, hingga saat dilaunchingnya kantorku menjadi kantor pabean modern pada tanggal 9 September tahun yang sama, berarti aku sudah bertugas lebih dari 3 tahun. Rekor penempatan mendekati penempatan pertama kali seperti di Tanjung Uban tahun 1995 sampai dengan 2000, atau lima tahun.
Surabaya , tinggal di komplek rumah dinas Injoko, komplek rumah dinas yang sedikit banyak aku ikut “merawatnya”. Komplek yang cukup unik karena petugas keamanannya hanya start bekerja mulai jam 21:30 BBWI dan tidak pernah tergantikan sejak komplek ini ada. Pak shomad namanya. Laki-laki bertubuh gendut dengan usia yang tidak lagi muda yang juga seorang alim di lingkungannya disebelah komplek berbatas tembok di sebuah rumah sementara yang berdiri diatas tanah bukan miliknya.
Minimal ada tiga peninggalanku yang kalau suatu ketika aku meninggalkan Surabaya, namaku akan disebut sebagai orang yang ikut merawat komplek rumah dinas ini dengan segenap partisipasi warganya. Pertama , lapangan olahraga sepakbola lengkap dengan gawangnya. Alhamdulillah, tiap sore anak2 kecil baik dari lingkungan komplek blok A maupun blok B, mereka bisa memanfaatkannya untuk bermain bola dengan bola plastik. Rencananya aku ingin mengusulkan ke Kanwil untuk merubah lapangan ini menjadi lapangan futsal yang lebih baik dan bisa disewakan melalui koperasi ataupun dibawah pengelolaan RT. Insya Alloh..
Kedua, lampu jalan. Alhamdulillah, dengan adanya lampu jalan yang mengambil fasilitas PJU dari PLN, komplek blok A menjadi terang benderang.
Ketiga, pos satpam yang juga merupakan rumah keduanya Pak Shomad. Pos satpam yang dulunya banyak dikeluhkan warga karena lebih mirip kandang atau gubuk, sekarang sudah berdiri megah menyambut penilaian kampung aman. Mudah2an bisa jadi juara. Kalau tidak nomer  satu, ya nomer dua, atau minimal juara harapan.
Mudah2an apa yang telah aku upayakan bisa menjadi ladang amal dan menjadi berkah buatku dan buat segenap warga blok A. aamiin..

JT 970 16102010

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, Bintan, Lion Air, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Tenaga Kerja Indonesia, TKI


Untuk kesekian kalinya, rute ini kutempuh selain rute lainnya, GA 030 atau Batavia flight (lupa nomer flight-nya) demi sebuah tujuan mulia, bertemu keluarga tercinta di Tanjung Uban, Bintan.
Untuk kesekian kalinya juga, selalu, dengan flight ini dan dua flight lainnya (ada tiga penyedia penerbangan rute ini yaitu Lion Air, Citylink-operated by Garuda Indonesia dan Batavia Air), saya akan bersama saudara sebangsa dan setanah air yang akan menunaikan tugas mulia yaitu mendulang devisa ringgit di negara jiran kita di Malaysia, para pahlawan devisa – demikian sebutan heroiknya, para TKI.
Rupanya rute ini memang dibuka trip langsung Surabaya – Batam salah satunya khusus memfasilitasi perjalanan mereka menuju tanah harapan mereka. Luar biasa.
Dan selalunya juga, saya akan dihadapkan dengan roman muka dibawah standar pelayanan oleh pramugari yang mungkin didalam hatinya agak sedikit menggerutu ( rrrgggghhh.. Wong ndeso meneh..) hehehehe.. Dan khusus untuk grading dari tiga penerbangan ini, saya telah memeringkatnya dengan peringkat jutek pertama adalah Batavia Air, kedua Lion Air dan terakhir Citilink. ( tapi jangan salah, khusus Lion Air, kalo mereka kemudian tahu saya duduk di seat sambil ketak-ketik di Ipad, muka mereka langsung sumringah.. Hehehehe.. Jangan2 dipkirnya saya bos TKI..)
Tapi memang, dari sekian kali penerbangan, kelakuan mereka rodok nyleneh.. Mulai nyrobot barisan antrian masuk boarding, nanyain seat ke pramugari, mbawa makan nasi bungkus di pesawat, sampe masih telpon-telponan dengan sedulur2nya yang intinya ngabarin – aku wis neng montor mabur iki.. ( khusus permintaan mematikan telpon angin ini, kadang bisa di announce sampai sekian kali.. Manstap!!)
Tapi kejadian yang paling membuat saya miris adalah resistensi dari bapak-bapak petugas security di keberangkatan Juanda yang mengunderline rombongan mereka dengan menanyakan kembali identitas KTP pada saat masuk ruang tunggu dan juga menanyakan – “sopo sing ngurus iki?” hahahaha… (kayaknya ada yang akrab dengan pertanyaan ini.. ). Mudah2 an ketatnya screening oleh bapak2 security di keberangkatan ini bertujuan baik, yaitu menghindari mereka dari Human Trafficking..
Sesampainya di Batam juga demikian, mereka, para pahlawan devisa ini, akan discreening oleh petugas Disdukcapilko Batam. Luar biasa mereka, pengendusannya bisa dengan cepat memilah mana yang datang dengan profesi TKI atau bukan.. Untungnya saya tidak termasuk yang kena endus selama bolak-balik ini..hehehehe..
Tapi itulah mereka, para pahlawan buat negara dan buat keluarga mereka. Perjuangan mereka luar biasa!! Dan cerita mereka sesampainya di Batam akan lebih panjang lagi dimulai dari dihadapkannya pilihan untuk menjadi TKI legal atau illegal. Yang legal-pun masih displit lagi, bener2 legal melalui proses training dan penempatan, ataupun yang hanya sekedar bisa memiliki passport dan masuk ke negeri jiran Malaysia. Yang tragis, mereka yang kemudian memilih ( atau mungkin hanya satu2nya pilihan) , berangkat dengan pancung sempit lewat jalur terpendek Bintan – Johor.. Masya Alloh..
Sekali lagi, itulah mereka, para pahlawan untuk keluarganya di kampung, yang terpaksa harus berjuang di negeri orang. Artinya, nasib saya, nasib kita, jauuuuuhhh lebih baik ( jangan marah kalo di compare dengan TKI yaa.), mesti banyak bersyukur… Mudah2an dengan dengan bersyukur, rejeki kita akan dilipatgandakan.. Amiin… Mudah2an trip perjalanan saya, selama masih ditempatkan di Surabaya, akan selalu bersama orang2 yang didoakan keluarganya di kampungnya yang berharap kucuran wesel dan western union, akan selalu selamat sampai tujuan, sampe kemudian dipindahtugaskan kemana lagi.. Hehehehe..

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 27,979 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • Look, Think and Write
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES

tulisan saya

kunjungan

  • 27,979 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

Look, Think and Write

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • slametsukanto
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • slametsukanto
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...