Tags

, , , , , , ,

image

sepatu butut

Foto di atas yang jelas bukan dari jenis sepatu dines. Tapi, memenuhi syarat dan ketentuan untuk digunakan sebagai sepatu dines. Nggak penting merk, yang penting warnanya hitam, bukan jenis selop karena mesti sepatu, dan pake tali  bukan resliting. Yang penting lagi, mesti kinclong tandanya bersih dan terawat.

Nah, ngomongin soal kinclong, sepatu butut saya itu pernah dirawat dengan sangat baik selama penugasan di kantor Tanjung Priok. Yup, meskipun sepatu saya ini menempuh rute panjang dari halte BKN-Cawang sampai halte Enggano-Tanjung Priok, siang hari sesampainya di kantor sudah ada CS yang ngelus-ngelus dan nggosok-nggosok. Alhasil, sore hari saat saya mesti pulang kerja, sepatu saya ini sudah fresh dan siap menempuh kembali rute perjalanan Tanjung Priok – Cawang.

Pak Ujang namanya. “Kantornya” di pojok sebelah kiri pintu menuju mesjid di lantai 4. Tool-nya ya jelas cukup sikat, kain kering, dan Kiwi. Jam kerjanya paling padat adalah Senin sampai Jumat pada saat jam sholat. Tarifnya, seikhlasnya, karena ini kerja sampingannya sebagai CS yang sapu bersih sampah di gedung KPU.

“tugas ekstra”-nya pak Ujang yang menerima nyemir sepatu tadi, juga dibarengi dengan kewajiban dia njagain sepatu-sepatu itu aman dibawah ampuannya, dan menata rapi  sendal-sendal jamaah yang masuk mesjid. Tentu saja bukan cuma sepatu milik pegawai di gedung KPU ini saja, tapi termasuk sepatu-sepatunya tamu dan pengguna jasa yang sholat di mesjid di lantai 4. Tugas ini menjadikan tidak adanya komplain kehilangan sepatu yang biasanya nempel di stigma mesjid umumnya. Yang ada , dan sepertinya jarang kejadian, adalah ketuker atau kehilangan sendal milik pegawai.

Kerjaan ekstra tadi membuat pak Ujang selalu jadi makmum di kloter sholat selanjutnya, setelah memastikan sisa sepatu dan sendal jamaah yang ada aman adanya. Bergegas ia akan membersihkan diri, mengambil wudhu dan memakai sarung untuk sholat fardhu.

Kini sepeninggalan sepatu saya menginjakkan tapaknya dari gedung KPU BC Tanjung Priok, belum ada lagi yang ngelus-ngelus setiap hari kerja. Tidak ada lagi yang memastikan saat ia dipakai di jam pulang kerja dalam kondisi yang fresh setelah disikat dan dilapisi Kiwi. Walhasil, sepatu ini seperti meminta saya melakukan apa yang sudah dilakukan pak Ujang selama dua tahun di KPU Priok, “ayo pak, rajin-rajin semir aku biar sampean keliatan greng makenya”.