Sebuah bangunan tua dengan arsitektur lama berdiri di sudut jalan masuk kompleks perumahan dinas bea cukai di jalan dwikora Tanjung Balai Karimun. Bangunannya khas dan kokoh dengan banyak jendela yang membuat sirkulasi udaranya lancar. Sedari dulu bangunan ini selalu saja diwarnai khas bea cukai lama, abu-abu, meskipun kini pagarnya telah berganti warna biru-oranye, lazimnya properti bea cukai lainnya di Tanjung Balai Karimun saat ini. Di sudut bangunan itu terpampang tulisan yang catnya sudah mulai terkelupas, Wisma GO Kandouw. Wisma ini disiapkan untuk pegawai lajang dan berdiri bersamaan dengan infrastruktur lain milik bea cukai sekira tahun 1974. Sebuah wisma yang sangat legendaris, utamanya bagi sebagian besar pegawai atau yang sekarang sudah menjadi pejabat yang pernah merasakan penugasan di Tanjung Balai Karimun saat masih lajang.

Buru-20160408-00055

 

Yang menarik adalah pengambilan nama wisma menggunakan nama salah satu kepala kantor wilayah Tanjung Balai Karimun, GO Kandouw, yang bertugas pada periode 1965 sampai dengan 1973. Beliau adalah salah satu dari sekian banyak pelaut ulung Bea dan Cukai yang asli dari Menado, tepatnya kelahiran Amurang, sebuah kota kecamatan di Minahasa, pada 23 April 1924. Beberapa purnabhakti yang pernah mengalami masa kepemimpinannya, mengenalnya sebagai harimau selat malaka, karena kegigihannya dalam memberantas penyelundupan. Catatan lainnya tentang beliau adalah keterlibatannya sebagai pengurus Persatuan Sepakbola Karimun, di periode yang sama dengan masa kepemimpinannya di Tanjung Balai Karimun.
Selebihnya, tidak banyak catatan lain tentang sepakterjang beliau selain foto yang terpajang.
Kini, wisma GO Kandouw akan menjalani rehabilitasi dengan biaya DIPA tahun 2016. Keutuhan bentuk aslinya akan tetap dipertahankan, dan dilakukan penambahan bangunan lagi di belakangnya, untuk menambah daya tampung anak lajang dan bujang lokal. Bangunan lama tidak dirubah, hanya di-makeover, ditambah bangunan belakang letter L dengan jumlah kamar yang pasti bertambah. Pertimbangan akan hal itu salah satunya tentu saja adalah sentimental value yang melekat, selain nilai sejarah bangunan awal keberadaan institusi bea dan cukai di Tanjung Balai Karimun. Demikian juga dengan penamaannya, wisma ini akan tetap bernama GO Kandouw. Semoga penggunaan nama salah satu pendahulu bea cukai di Tanjung Balai Karimun ini bisa menjaga ingatan bagi generasi penerus dan merintis penamaan selanjutnya gedung-gedung dan bangunan yang banyak berdiri megah di Tanjung Balai Karimun dengan nama-nama harum pendahulu lainnya.

image