Tags

, , ,

Saya tinggal di komplek perumahan, di dekat rumah saya kira-kira jarak empat rumah ada sebuah mushola. Mushola ini selalu ramai dikunjungi jamaah tabligh, dan merekalah saham utama yang memakmurkan mushola di komplek perumahan saya.
Sebagaimana lazimnya mereka berdakwah, mereka ketuk pintu rumah-rumah muslim satu persatu untuk nglurug ke mushola sholat berjamaah dan mendengarkan dibacakannya fadhilah-fadhilah.
Suatu ketika, datanglah tiga orang utusan jamaah ke rumah saya dan duduk menjadi dhoifah di rumah saya. Ketiganya melakukan taaruf dengan satu orang juru bicara baru kemudian ber amar ma’ruf nahi munkar.Kemudian saya juga mendengarkan cerita yang menarik yang disampaikan oleh tamu saya ini, diantaranya tentang perjalanan yang telah dilakukannya diantaranya tentang pengalamannya berdakwah di Aceh dan banayk hal lain yang menarik. Hingga tiba pada suatu ajakan yang kemudian dengan berat hati kemudian tidak bisa memenuhinya yaitu meminta saya meninggalkan aktifitas dunia dan melakukan perjalanan kurang lebih selama 40 hari. Hal ini tentu saja karena saya tidak bisa meninggalkan amanah pekerjaan saya, saya seorang pegawai negri ( yang dibayari gajinya sama rakyat..)
Apa yang mereka lakukan adalah tindakan mulia, dan somebody ( as moslem ) have to do it… Dan mereka telah melakukannya. Saya kemudian berinstrospeksi, apa yang sudah saya lakukan? Bisakah kita beramar ma’ruf dengan kemasan yang berbeda?
Saya membuka kembali risalah perjalanan Rasulullah.. Kemudian saya menemukan hal yang menarik dari komposisi sahabat pendukung utama Rasulullah SAW. Pertama, Abubakar Ashshidiq seorang sahabat dengan tingkat haqqul yakin yang tinggi terhadap apapun yang Rasul sampaikan (beliau sahabat yang pertama membenarkan perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasul lakukan). Yang kedua adalah Umar bin Khattab, seorang sahabat yang tidak ada kata ragu menghunuskan pedangnya dalam berdakwah.Yang ketiga adalah Utsman bin affan, seorang Saudagar yang siap kapanpun mengorbankan segala maal yang dimilikinya dalam rangka dakwah Rasulullah. Dan yang terakhir dari Alkhulafaur rasyidin, adalah Ali bin Abi Thalib, seorang pemikir ulung.
Bisa kita bayangkan, komposisi yang demikian sempurna kalau kemudian kita menerjemahkannya di masa saat ini dalam sebuah konsep dakwah.
Jadi menurut saya, tetaplah anda di posisi masing-masing, lakukan hal sesuai koridor Islam maka anda telah berdakwah. Ibda’ binafsi..
Harus ada yang jadi legislatif, Harus ada yang duduk di pemerintahan, harus ada yang mengkritisi, harus ada yang jadi cendikia, harus ada yang jadi pedagang, dan harus ada yang jadi rakyat jelata….. Somebody have to do it…