Kalau anda diminta memilih, mana yang akan anda pilih antara dikira orang kaya padahal anda miskin atau dikira miskin padahal anda kaya? (choice is urs…)
Saya ingat perbincangan dengan teman saya dan istrinya pada suatu ketika. Dia heran, kenapa setiap kali ia mendapatkan rejeki, selalu saja – tidak lama setelah rejeki itu diterimanya- datang seseorang, entah itu saudara, temen, atau tetangga atau bahkan orang yang sebelumnya tidak dia kenal untuk meminjam, minta bantuan atau minta. Kemudian dengan satu keyakinan bahwa sebagian dari rejeki yang dia dapat terdapat bagian atau hak orang lain, dia kemudian memberikannya – dengan ikhlas.
Ustadz Mansyur, ulama yang masih muda usianya kalau tahu dengan apa yang dilakukan dengan teman saya tadi, akan mengamini tindakan teman saya.
Tapi kemudian ada satu pertanyaan yang muncul dari istri teman saya tadi, kenapa orang mengira kita banyak uangnya mas? Padahal kita cukup-cukup saja lha wong rumah aja masih di rumah dinas.
Pertanyaan itu kemudian saya jawab, karena orang melihat tangan kita “basah”.
Maksud saya, percayalah, orang melihat bahwa dari tangan kita aliran rejeki atau harta yang menjadi hak mereka itu lewat. Wallahu a’lam bishowab.
Ada beberapa hal yang membuat saya membuat statemen seperti itu. Pertama, kenapa islam menetapkan persentase dalam memungut zakat maal atas harta kita yang sudah mencapai nishab? kenapa tidak dengan hitungan spesifik dengan jumlah tertentu seperti zakat ffitrah?
Logikanya, semakin banyak maal yang kita peroleh, semakin banyak juga jumlah zakatnya.Artinya juga, Alloh SWT juga memberikan sebesar-besarnya kepada hambaNya untuk mencari maal sebanyak-banyaknya, baru kemudian dihitung berapa jumlah yang bukan merupakan haknya dan harus disisihkan sebagai zakat.
Yang kedua, terkait dengan pertanyaan saya diawal tulisan ini. Mustahiq rupanya sudah melihat kita sebagai orang kaya ( tolong kalau ada yang ngomong itu kepada kita, amini saja.. Itu do’a), dan alhamdilillah, kita tidak termasuk masakin… (rekomendasi saya atas pertanyaan diatas, sebaiknya jangan milih dua-duanya.. karena jadi orang miskin dan jadi orang pelit sama-sama tidak dikehendaki semua orang bukan?)
Yang ketiga, mudah2an Alloh SWT tidak menilainya sebagai riya’, dengan memberikan sebagian dari apa yang kita dapat (bahkan kalau bisa lebihkan dari sekedar hitungan nishab..) Insya Alloh, menjauhkan kita dari bencana yang seharusnya menimpa kita. Subhanalloh…
wallahu a’lam bishowab.
ada hak orang lain di harta kita
24 Tuesday Jan 2012
Posted kontemplasi
in