kegalauan hati adalah hal yang lumrah terjadi suatu ketika di setiap manusia. Itu fitrah adanya. Rasulullah SAW sendiri pernah mengalaminya pada masa sulit ketika secara bertubi-tubi ditimpa musibah terberatnya yaitu kehilangan kakek, Abu Thalib dan istrinya, Khadijah.
Kegalauan hati adalah masa dimana seorang manusia didera ketidakpercayaan atau keraguan akan ketetapan Ilahi. Keraguan akan apakah benar ketetapan kejadian atau rentetan kejadian yang terjadi dan dialaminya adalah benar wajar adanya ditimpakan kepadanya. Apa yang menjadi keraguannya adalah karena dirinya telah merasa bahwa ia telah berbuat yang terbaik kepada Tuhannya dan sekarang adalah saatnya Tuhan membalas kebaikannya. Apa yang menjadi keraguannya juga adalah apakah benar Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang? Kalau benar, kenapa Ia selalu atau seringkali menimpakan cobaan, ujian atau masalah kepadanya.
Keraguan itu timbul dalam pertanyaan selanjutnya yaitu apakah benar takdir buruk harus selalu menimpanya dan itu telah tercatat di Lauhul Mahfuz?
Masya Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Berkehendak…
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Alloh azza wajalla..
Alloh Maha Tahu apa yang terbaik bagi mahluk-Nya..
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.” (QS 94 Al Insyirah ayat 5-8).
haruskah aku ragu akan ketetapan-Mu?
25 Wednesday Jan 2012
Posted kontemplasi
in