Tags
Suatu malam di bulan mulia, ramadhan 1433H, bulan penuh rahmat dan ampunan, aku tidak bisa khusyuk bermunajat dalam do’ a setelah sholat fardhu isya’. Penyebabnya adalah berkecamuknya perasaan dalam hati karena ini adalah kali kesekian dari serangkaian ramadhan dalam hidupku yang tidak bisa aku manfaatkan dengan baik. Artinya juga ini adalah ketidakkhusyu’anku yang kesekian kalinya di hari-hari di sepanjang ramadhan ini, khususnya di 1433 hijriah, saat aku menjalani ramadhan pertama di tanah Kalimantan. Ya, ini adalah ramadhanku yang pertama di tanah Kalimantan setelah kedatanganku di pulau terluas di indonesia ini pada pertengahan desember 2011.
Malam itu sebenarnya adalah malam yang umum diketahui oleh segenap kaum muslimin sebagai malam menjelang akhir ramadhan yang semestinya aku bisa khusyuk memburu turunnya lailatul qadr. Aku tidak memburu dan tidak menyambut turunnya ribuan malaikat Alloh mencari hamba-Nya yang berharap berkah dimana hitungan amal berlipat selaksa menjadi seribu bulan, khoirummin ‘alfi syahri. Aku tidak memburu turunnya rahmat saat terbukanya pintu langit menerima semua do’a dari ummat-Nya yang dengan khusyuk dan sungguh-sungguh memohon. Aku juga tidak memburunya dan memilih “hanya” berdiam diri di kamar rumah dinasku.
Di malam itu , aku membutuhkan uluran tangan yang sanggup menarikku dan menyemangatiku untuk bangkit dan beranjak melangkahkan kaki ke masjid. Disaat seperti itulah aku membutuhkan kedua anakku yang alhamdulillah akan selalu menjadi penyemangat ibadahku.
Aku telah melewatkan malam-malam dimana pintu langit terbuka. Aku menyia-nyiakannya dan tidak menyambut turunnya keutamaan-keutamaan yang berakhir di saat fajar menjelang padahal kesempatan itu belum tentu bisa aku temui lagi di tahun mendatang. Artinya aku harus menunggu datangnya saat seperti itu di sebelas bulan mendatang. Artinya juga di sebelas bulan sisanya menunggu ramadhan di tahun mendatang itu aku harus mencari-cari dimanakah pintu langit yang terbuka dan rangkaian do’a serta amalku disambut hangat tangan-tangan malaikat.
Di sebelas bulan setelah bulan ramadhan itu aku harus menggantinya dengan berdiri dan bermunajat dengan harapan pintu langit akan terbuka dan segala do’aku didengar dan disambut oleh Alloh.. aamiin..