Tags

, , , ,

Rangkaian kata-kata motivasi itu meluncur dengan fasihnya dari pimpinan tertinggi di lembaga diklat pengembangan sumber daya manusia dimana saat itu aku sedang mengikuti kegiatan didalamnya. Bapak  Safuadi, demikian namanya, ada di pagi itu untuk memberikan sambutan pembukaan yang sedianya sederhana saja, tapi kenyataannya tidak. Waktu yang mestinya mempunyai porsi sebagai “sambutan” yang umumnya berdurasi sepuluh sampai limabelas menit, berubah menjadi satu sampai dua jam.  Tapi “sambutan” pagi itu berubah  menjadi acara “cuci otak” sebelum kami, segenap peserta diklat memulai rangkaian hari panjang selama 41 hari di lembaga diklat ini.

Pagi itu, beliau banyak memberikan induksi positif yang seolah memompa motivasi segenap peserta diklat. Motivasi yang meskipun beragam dari tempat keberangkatan masing-masing peserta diklat, dari ujung barat indonesia, sampai ujung timur indonesia, namun harus disatukan dalam satu tekad bulat bahwa kedatangan kami di Jurangmangu adalah untuk menimba ilmu ( dengan bonus rekreasi dan bertemu keluarga dibiayai dinas tentunya ). Ilmu yang sedianya mudah-mudahan akan bermanfaat bagi kami , segenap pegawai Kementerian Keuangan yang tengah menjadi leader dari reformasi birokrasi.
Pagi itu banyak induksi positif yang disampaikan pak Safuadi kepada kami, para peserta diklat.  Dan salah satu induksi positif itu adalah kemauan kita untuk senantiasa belajar dan memberikan anggapan bahwa hari ini adalah hari terbaik yang kita punya untuk selalu belajar atas sesuatu yang baru,  today is a great day to learn something new.

Katakatamotivasi itu disampaikannya lagi kepada kami di saat penutupan diklat dengan ditambahkannya “hutang” kepada kami segenap peserta diklat. Hutang itu adalah untuk belajar lagi ke jenjang / strata yang lebih tinggi dari yang saat ini kami pegang. Hutang yang menurut pemikiran kami sedianya, “buat apalagi kami mengejar pendidikan yang lebih tinggi lagi?”. Ternyata tidak demikian menurut beliau, karena apa yang kita dapat saat ini mungkin bukan untuk kita, tapi bagi anak kita, keponakan-keponakan kita, ataupun sepupu-sepupu kita.  Semestinya kita membiarkan mereka termotivasi dengan pencapaian kita.

Pagi itu, setelah selama menempuh enam minggu pendidikan di medan diklat dimana aku dulu diterima sebagai pegawai Kementerian Keuangan,  di Jurangmangu, ada harapan besar yang dibebankan di pundak kami, para peserta diklat kepemimpinan tingkat empat angkatan 162. Beban dan amanah yang mesti kami laksanakan di tempat kerja masing-masing  untuk juga selalu memberikan induksi postif kepada segenap rekan kerja dan bawahan. Sekali lagi muaranya adalah keberhasilan kepeloporan Kementerian Keuangan dalam mengarungi reformasi birokrasi yang meskipun terkadang menemui onak dan duri dalam perjalanannya, mudah-mudahan akan berhasil dan menjadikan Indonesia lebih baik.

Semoga.