Tags
batam, Bintan, cap go meh, george pollard, harbour bay, in the heart of the sea, karimun, oceanna, owen chase, patroli laut, tanjung balai karimun

illustrasi : MV Oceanna 15 saat akan merapat ke pelabuhan Tanjung Balai Karimun
Piye perasaanmu jal, naik ferry Oceanna dari Harbour Bay ke Tanjung Balai Karimun sore hari , di tengah perjalanan disajikan pemutaran film In The Heart of The Sea, tentang kapten George Pollard dan Owen Chase yang pekerjaannya memburu ikan paus. Menonton film ini di tengah saya menjalani perjalanan laut yang akan menempuh waktu satu setengah jam, dengan ombak yang lumayan tinggi karena hembusan angin utara yang kencang, seperti tengah menikmati wahana film 3 D. Asli.
Saat film memperlihatkan scene kapal layarnya digoyang gelombang lautan lepas, saya juga merasakan goyangan yang sama. Untungnya jendela ferri ini cukup bening, jadi masih terlihat gedung-gedung tinggi di sisi kanan, gedung di Singapura, atau lalu lalang kapal lain, atau minimal masih terlihat daratan di kejauhan.
Memang di bulan ini adalah saat berhembus kencangnya angin utara. Dan sekitaran pertengahan februari ini adalah puncaknya, saat perayaan Cap Go Meh, dan angin seperti tidak henti-hentinya bertiup kencang. Kata sebagian orang, fenomena puncak angin utara ini ditandai awal penanggalan China, tanggal 8 februari kemarin, dimana cuaca di wilayah Bintan, Batam dan Karimun, terasa beratnya menjalani perjalanan laut.
Hebatnya, sebagian besar penumpang cuek saja dengan pemutaran film itu. Bisa jadi karena sudah terbiasa, atau nrimo, mau gimana lagi, adanya moda transportasi ke Tanjung Balai Karimun ini ya cuma kapal penumpang ferri ini. Dan jalur yang mesti ditempuh ya itu-itu juga. Saya pengen ngomong ke crew kapal minta ganti filmnya. Lha ini jelas bukan wahana pemutaran film 3D kayak di Ancol itu. Ini dunia nyata. Tapi ngelihat penumpang lain cuek, ya sudahlah.
Dan rute inilah yang rutin dijalani oleh saya dan teman-teman yang mengalami penugasan di Tanjung Balai Karimun. Rute berangkat yang musti nembus laut selama satu setengah jam, bahkan kadang hampir dua jam. Beberapa rekan lagi malah musti menjalani perjalanan yang lebih ekstrim ke arah Tarempa selama dua belas jam dan Dabo Singkep selama empat sampai lima jam. Bisa mbayangin dengan durasi selama itu berayun menembus ombak menuju tempat kerja demi merah putih, musti modal tekad yang luar biasa. Dan yang pasti, rekan-rekan yang tetap harus mengarungi lautan dalam kondisi ekstrem ini dalam rangka patroli laut. Tidak ada sabtu minggu dan tanggal merah dalam rangka pengawasan penegakan hukum kepabeanan dengan patroli laut.
Mudah-mudahan, di kapal patroli yang mereka pakai, pas di tengah laut dan ditengah terjangan ombak, tidak diputerin film In The Heart of The Sea seperti di ferri yang saya naiki. Nggak pas. Walaupun endingnya Kapten George Pollard dan Owen Chase selamat dan bisa bertemu keluarganya.