• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Tag Archives: batam

in the heart of the sea

02 Wednesday Mar 2016

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, Bintan, cap go meh, george pollard, harbour bay, in the heart of the sea, karimun, oceanna, owen chase, patroli laut, tanjung balai karimun


IMG-20160317-00042

illustrasi : MV Oceanna 15 saat akan merapat ke pelabuhan Tanjung Balai Karimun

Piye perasaanmu jal, naik ferry Oceanna dari Harbour Bay ke Tanjung Balai Karimun sore hari , di tengah perjalanan disajikan pemutaran film In The Heart of The Sea, tentang kapten George Pollard dan Owen Chase yang pekerjaannya memburu ikan paus. Menonton film ini di tengah saya menjalani perjalanan laut yang akan menempuh waktu satu setengah jam, dengan ombak yang lumayan tinggi karena hembusan angin utara yang kencang, seperti tengah menikmati wahana film 3 D. Asli.
Saat film memperlihatkan scene kapal layarnya digoyang gelombang lautan lepas, saya juga merasakan goyangan yang sama. Untungnya jendela ferri ini cukup bening, jadi masih terlihat gedung-gedung tinggi di sisi kanan, gedung di Singapura, atau lalu lalang kapal lain, atau minimal masih terlihat daratan di kejauhan.
Memang di bulan ini adalah saat berhembus kencangnya angin utara. Dan sekitaran pertengahan februari ini adalah puncaknya, saat perayaan Cap Go Meh, dan angin seperti tidak henti-hentinya bertiup kencang. Kata sebagian orang, fenomena puncak angin utara ini ditandai awal penanggalan China, tanggal 8 februari kemarin, dimana cuaca di wilayah Bintan, Batam dan Karimun, terasa beratnya menjalani perjalanan laut.
Hebatnya, sebagian besar penumpang cuek saja dengan pemutaran film itu. Bisa jadi karena sudah terbiasa, atau nrimo, mau gimana lagi, adanya moda transportasi ke Tanjung Balai Karimun ini ya cuma kapal penumpang ferri ini. Dan jalur yang mesti ditempuh ya itu-itu juga. Saya pengen ngomong ke crew kapal minta ganti filmnya. Lha ini jelas bukan wahana pemutaran film 3D kayak di Ancol itu. Ini dunia nyata. Tapi ngelihat penumpang lain cuek, ya sudahlah.
Dan rute inilah yang rutin dijalani oleh saya dan teman-teman yang mengalami penugasan di Tanjung Balai Karimun. Rute berangkat yang musti nembus laut selama satu setengah jam, bahkan kadang hampir dua jam. Beberapa rekan lagi malah musti menjalani perjalanan yang lebih ekstrim ke arah Tarempa selama dua belas jam dan Dabo Singkep selama empat sampai lima jam. Bisa  mbayangin dengan durasi selama itu berayun menembus ombak menuju tempat kerja demi merah putih, musti modal tekad yang luar biasa. Dan yang pasti, rekan-rekan yang tetap harus mengarungi lautan dalam kondisi ekstrem ini dalam rangka patroli laut. Tidak ada sabtu minggu dan tanggal merah dalam rangka pengawasan penegakan hukum kepabeanan dengan patroli laut.

Mudah-mudahan, di kapal patroli yang mereka pakai, pas di tengah laut dan ditengah terjangan ombak, tidak diputerin film In The Heart of The Sea seperti di ferri yang saya naiki. Nggak pas. Walaupun endingnya Kapten George Pollard dan Owen Chase selamat dan bisa bertemu keluarganya.

sei bati, bandara perintis di Karimun

25 Wednesday Nov 2015

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 2 Comments

Tags

bambang soebadhi, bandara karimun, batam, karimun, penerbangan karimun ke pekanbaru, sei bati, susi air, tentara pelajar, TRIP


Siang itu, 25 november 2015, sengaja saya mengajak anggota menemani saya menelusuri jejak pendahulu bea cukai yang berkiprah membuka Tanjung Balai Karimun. Saya mengajaknya ke rumah salah satu pensiunan bea cukai tidak jauh dari kantor wilayah , yaitu di sungai raya. Sayangnya, ia sedang tidak berada di rumah, mungkin sedang ke kedai kopi sebagaimana lazimnya salah satu kebiasaan masyarakat disini dalam mengisi hari dan bersosialisasi.

Perjalanan kami lanjutkan ke lapangan udara sei bati yang saat ini melayani penerbangan hanya ke Pekanbaru empat kali dalam seminggu dengan operator susi air. Tepat ketika saya mendekati bandara, nampak pesawat jenis baling-baling di hidung tengah mengangkat terbang menuju pekanbaru. Ia melayani rute karimun – pekanbaru di hari Senin, Rabu, Jum’at dan minggu pada sekitar jam 10:15 dengan harga tiket sebesar kurang lebih Rp 530.000,00 seklai jalan.

Saat saya memasuki bandara perintis ini, teronggok prasasti di sebelah kiri ruang kedatangan. prasasti ini berukuran tinggi sekitar 6o cm dengan lambang Bea dan Cukai di atasnya dan bertuliskan : “PERINTIS PEMBUATAN LAPANGAN TERBANGKARIMUN DRS.B.SOEBADHI”

SAMSUNG

PRASASTI PEMBANGUNAN BANDARA KARIMUN

SAMSUNG

PRASASTI PEMBUATAN LAPANGAN TERBANG KARIMUN OLEH DRS. B. SOEBADHI

Prasasti ini menguatkan pernyataan dan cerita dari orang-orang bea cukai yang beberapa kali saya temui terkait keberadaan bandara yang kini bernama Sei Bati, karena lokasinya yang berada di Sei Bati, yang menyatakan bahwa dulunya adalah properti Bea dan Cukai yang diserahterimakan kepada Pemkab Karimun untuk dikelola sebagai bandara komersial. Cerita itu bukan isapan jempol tentang keberadaan beberapa pesawat terbang milik Bea dan Cukai yang dulu bernama Djawatan Bea dan Tjukai.

Drs. B . Soebadhi adalah kepanjangan Bambang Soebadhi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Balai Karimun yang juga pernah menjabat Direktur Pemberantasan Penyelundupan di tahun 1987. Beliau adalah alumni TRIP atau Tentara Pelajar, yang masuk ke Djawatan Bea dan Tjukai. nama beliau, sebagaimana dirilis dalam http://www.tentarapelajarsacsa.or.id/daftaranggota , adalah Anggota Biasa Utama.

Keberadaan bandar udara di Tanjung Balai Karimun atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama pendek Karimun, menjadi strategis bagi terbukanya peluang investasi dan kemajuan suatu daerah. Posisi Karimun yang berupa pulau kecil dengan jarak tempuh satu setengah jam perjalanan laut dari Batam dan pada waktu berhembusnya angin utara menimbulkan gelombang laut yang bisa menghambat mobilitas dan memungkinkan terisolirnya daerah ini.

Saat ini bandara ini dalam proses pemanjangan landas pacu untuk bisa didarati pesawat komersial yang lebih representatif.

SAMSUNG

PENGEMBANGAN BANDARA SEI BATI KARIMUN

Saya hanya berharap, Pemerintah Kabupaten Karimun tidak melupakan jasa perintis dibuatnya bandara ini, Drs. Bambang Soebadhi, untuk dijadikan nama bandara. Sejalan dengan itu, saya sebagai pegawai bea dan cukai jadi ikut bangga dan bisa melihat di sejarah di kemudian hari bahwa peletak dasar dibangunnya bandara ini adalah orang bea cukai.

quality meeting

15 Saturday Sep 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, cengkareng, jakarta, nafkah, Tanjung Uban


“flight attendant, door close, slide bar and cross check” demikian aba-aba yang disampaikan oleh pilot lewat speaker di ruang kabin pesawat setelah didahului dengan nada tone single berbunyi “tut”.  Aba-aba itu tentu saja ditujukan kepada segenap flight attendant atau pramugari pesawat setelah pilot mendapatkan laporan final terhadap keseluruhan kondisi pesawat termasuk diantaranya jumlah penumpang. Aba-aba inilah yang aku tunggu di trip perjalananku kali ini dari Jakarta ke Batam menuju Tanjung Uban, dimana keluarga, anak dan istriku tinggal. Aku harus  menempuh perjalanan ini di hari sabtu dimana aku seharusnya masih ada di kelas. 
Perjalananku ke cengkareng menuju penerbangan ini, aku diantar oleh seorang teman yang belum lama kenal. Dia heran dan menyampaikan pertanyaan, kenapa harus pulang sementara hari minggu aku harus kembali. Pertanyaan klasik yang terlontar adalah, “apa ada keperluan penting pak?”. Aku hanya tersenyum dan menjawab ringan, “setiap pertemuan dengan keluarga, anak istriku adalah keperluan penting mas..”, dan dengan tidak membantah ia mengamininya.
Sepanjang perjalananku ke arah bandar udara Cengkareng itu kemudian aku penuhi cerita bahwa betapa banyak juga ayah-ayah lain yang senasib denganku. Yang hanya punya waktu satu atau dua hari berkumpul bersama anak istrinya setelah seminggu atau dua minggu atau bahkan tiga minggu terpisah. Aku juga sadar, bahwa kami , ayah-ayah yang terpisah dari anak istri ini harus memiliki kesiapan yang cukup moril dan materiil, dan rasanya sudah banyak ceritaku di note-note sebelumnya di blog ini yang kalau diceritakan lagi bisa membosankan.. 🙂 . Tapi di perjalanan ini aku mendapatkan pelajaran penting dari teman yang belum lama aku kenal ini. Pelajaran itu adalah kesepahamannya bahwa bagian terpenting dari seluruh rangkaian kesibukan kami, para ayah yang “terpaksa” jauh dari anak istri, tentang quality meeting. Yup, meskipun hanya satu hari satu malam, asal pertemuan dengan anak istri ini berkualitas, jauh lebih penting daripada bertatap muka setiap hari tapi ayah tidak tahu apa-apa tentang perkembangan anak dan aktifitas istrinya. Mudah-mudahan ini bukan sekedar dalil pembenar kami para ayah yang terlalu sering meninggalkan anak istrinya demi sebuah tuntutan tugas dan pekerjaan. Niat kami tentu saja mulia, memberi nafkah yang baik kepada anak istri kami, meskipun “terpaksa” harus berjauhan dengan mereka.
Mudah-mudahan, dengan niatan ibadah, keadaan apapun yang membuat kami berada dalam kondisi seperti ini selalu mendapatkan ridho-Nya.. aamiin..

Tjilik Riwut JT671

11 Saturday Aug 2012

Posted by slametsukanto in gawean

≈ 1 Comment

Tags

batam, Bintan, boeing 737 900ER, HM Arsyad, jawa, JT671, kalimantan, Lion Air, palangkaraya, pengadilan negeri sampit, sampit, suku banjar, Tanjung Uban, tjilik riwut, travel


Dinihari itu aku terbangun dan terlihat jam menunjuk pukul 01:00 WIB. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan membasuh muka dengan berwudhu, kubuka lembar sajadah indah , pemberian teman yang ia belikan sebagai oleh-oleh sewaktu umrah , dan mengangkat tangan mengucap takbir mengawali sholat. Dua rokaat aku selesaikan, kulirik jam dan telah menunjuk pukul 01:15 WIB, atau lima belas menit lagi menjelang kedatangan travel yang akan membawaku ke Palangkaraya. Ya, pagi ini aku mesti berangkat dinihari kesana untuk naik pesawat di Bandara Tjilik Riwut pukul 06:50 WIB . Rute penerbangan lewat Palangkaraya ini terpaksa aku tempuh karena connecting dengan penerbangan lanjutannya ke Batam di hari yang sama. bisa saja aku mengambil penerbangan lewat Sampit dengan Kalstar, tapi mesti nginep dulu di jakarta untuk bisa berangkat keesokan paginya ke Batam. Atau bisa juga berangkat dari Sampit ke Surabaya dengan Merpati , tapi sama juga, mesti nginep dulu sebelum keesokan paginya terbang ke Batam. Lumayan repot.. hihihi.. makanya aku pilih rute Palangkaraya – Jakarta – Batam yang connect di hari yang sama, lebih praktis menurutku.
Tepat pukul 01:30 WIB, hp-ku berdering dan ketika kuangkat terdengar suara laki-laki yang tidak lain adalah sopir travel yang akan menjemputku. Tidak lama, setelah sepuluh menit dari pembicaraan melalui telpon tadi , mobil travel innova itu sudah ada di jalan depan rumah, jalan HM Arsyad, tepat di depan Pengadilan Negeri Sampit, dan setelah aku letakkan tas di bagasi, kami berangkat menjemput penumpang travel lain. Tepat pukul 02:00 WIB, kami meninggalkan Sampit menuju Palangkaraya dengan muatan sebanyak empat orang, aku duduk di depan, dua penumpang lainnya duduk di tengah dan satu orang duduk di bangku paling belakang. Kami sama-sama calon penumpang penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Perjalanan empat jam ini harus ditempuh dengan perkiraan waktu tiba tepat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya sekitar pukul 06:00 WIB. Dari waktu tempuh empat jam ini, kami berhenti sekali di kilometer 98 atau lebih kurang di separuh perjalanan. Tempat istirahat atau pemberhentian ini berupa sebuah warung yang lumayan komplit yang beberapa kali aku menjalani trip ini selalu ditunggu oleh seorang anak perempuan keturunan suku banjar. Di warung yang juga jadi tempat istirahat truk bermuatan barang dari Banjarmasin untuk tujuan Sampit ini aku bisa meminum segelas coffeemix dan menjalankan sholat subuh.
Tepat pukul 06:00 WIB saya sampai di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan langsung menuju konter check-in Lion Air. Dari pengamatanku beberapa kali menempuh rute ini, penerbangan Lion Air rute Palangkaraya – Jakarta ini lumayan juga jumlah penumpangnya dan menurut hitunganku hampir selalu dalam kondisi 90% kursi boeing 737-900ER terisi. Salah satu alasannya menurutku karena tidak ada delay atas rute penerbangan ini karena pesawat standby di bandara.
Sekedar menggambarkan Bandara Tjilik Riwut, namanya diambil dari Gubernur Kalimantan Tengah pertama, seorang putra daerah asli Kalimantan bersuku Dayak. Bandara ini sebagaimana bandara lain di indonesia yang sebenarnya adalah pangkalan TNI AU, terletak di arah luar kota Palangkaraya arah Banjarmasin. Tataruang untuk memasuki areal atau kawasan bandara ini tertata rapi dengan akses masuk berupa jalan besar yang dipisahkan oleh taman di tengahnya. Bangunan bandara sendiri menyerupai rumah adat dayak atau sering dinamakan betang, dengan ornamen tameng di hampir seluruh tiang penyangga bangunan bandara bagian luarnya.
Setelah boarding, aku segera menuju ke warung yang ada di sudut ruangan sebelum ruang tunggu dan meminta untuk dibuatkan segelas energen cereal rasa coklat untuk sekedar mengisi perut pengganti sarapan sebelum limabelas menit kemudian memasuki ruang tunggu untuk boarding.
Dan tepat sesuai jadwal penerbangan, pesawat Lion Air JT 671 yang aku tumpangi berangkat ke jakarta. Di cengkareng selanjutnya aku melapor ke bagian transit dan menunggu jadwal keberangkatan pesawat selanjutnya ke Batam untuk kemudian ke Tanjung Uban, Bintan. Bersyukurnya aku di rute penerbangan ini, kadang aku bisa bertemu dengan teman dan sahabat yang bersedia meluangkan waktu menemaniku menunggu saat terbang ke Batam.
Keseluruhan waktu yang mesti aku tempuh dalam rangka kepulangan menuju rumah ini kurang lebih empatbelas jam, sebuah hitungan waktu yang cukup lama yang disebabkan dua kali penerbangan, tiga moda transportasi ( darat, laut dan udara ) dan melewati dua pulau besar ( Kalimantan dan Jawa ) dan dua pulau kecil ( Batam dan Bintan ). Mudah-mudahan selama aku menjalani rute perjalanan ini senantiasa mendapat perlindungan Alloh subhanahu wata’alaa.. aamiin..

JT 970 16102010

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, Bintan, Lion Air, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Tenaga Kerja Indonesia, TKI


Untuk kesekian kalinya, rute ini kutempuh selain rute lainnya, GA 030 atau Batavia flight (lupa nomer flight-nya) demi sebuah tujuan mulia, bertemu keluarga tercinta di Tanjung Uban, Bintan.
Untuk kesekian kalinya juga, selalu, dengan flight ini dan dua flight lainnya (ada tiga penyedia penerbangan rute ini yaitu Lion Air, Citylink-operated by Garuda Indonesia dan Batavia Air), saya akan bersama saudara sebangsa dan setanah air yang akan menunaikan tugas mulia yaitu mendulang devisa ringgit di negara jiran kita di Malaysia, para pahlawan devisa – demikian sebutan heroiknya, para TKI.
Rupanya rute ini memang dibuka trip langsung Surabaya – Batam salah satunya khusus memfasilitasi perjalanan mereka menuju tanah harapan mereka. Luar biasa.
Dan selalunya juga, saya akan dihadapkan dengan roman muka dibawah standar pelayanan oleh pramugari yang mungkin didalam hatinya agak sedikit menggerutu ( rrrgggghhh.. Wong ndeso meneh..) hehehehe.. Dan khusus untuk grading dari tiga penerbangan ini, saya telah memeringkatnya dengan peringkat jutek pertama adalah Batavia Air, kedua Lion Air dan terakhir Citilink. ( tapi jangan salah, khusus Lion Air, kalo mereka kemudian tahu saya duduk di seat sambil ketak-ketik di Ipad, muka mereka langsung sumringah.. Hehehehe.. Jangan2 dipkirnya saya bos TKI..)
Tapi memang, dari sekian kali penerbangan, kelakuan mereka rodok nyleneh.. Mulai nyrobot barisan antrian masuk boarding, nanyain seat ke pramugari, mbawa makan nasi bungkus di pesawat, sampe masih telpon-telponan dengan sedulur2nya yang intinya ngabarin – aku wis neng montor mabur iki.. ( khusus permintaan mematikan telpon angin ini, kadang bisa di announce sampai sekian kali.. Manstap!!)
Tapi kejadian yang paling membuat saya miris adalah resistensi dari bapak-bapak petugas security di keberangkatan Juanda yang mengunderline rombongan mereka dengan menanyakan kembali identitas KTP pada saat masuk ruang tunggu dan juga menanyakan – “sopo sing ngurus iki?” hahahaha… (kayaknya ada yang akrab dengan pertanyaan ini.. ). Mudah2 an ketatnya screening oleh bapak2 security di keberangkatan ini bertujuan baik, yaitu menghindari mereka dari Human Trafficking..
Sesampainya di Batam juga demikian, mereka, para pahlawan devisa ini, akan discreening oleh petugas Disdukcapilko Batam. Luar biasa mereka, pengendusannya bisa dengan cepat memilah mana yang datang dengan profesi TKI atau bukan.. Untungnya saya tidak termasuk yang kena endus selama bolak-balik ini..hehehehe..
Tapi itulah mereka, para pahlawan buat negara dan buat keluarga mereka. Perjuangan mereka luar biasa!! Dan cerita mereka sesampainya di Batam akan lebih panjang lagi dimulai dari dihadapkannya pilihan untuk menjadi TKI legal atau illegal. Yang legal-pun masih displit lagi, bener2 legal melalui proses training dan penempatan, ataupun yang hanya sekedar bisa memiliki passport dan masuk ke negeri jiran Malaysia. Yang tragis, mereka yang kemudian memilih ( atau mungkin hanya satu2nya pilihan) , berangkat dengan pancung sempit lewat jalur terpendek Bintan – Johor.. Masya Alloh..
Sekali lagi, itulah mereka, para pahlawan untuk keluarganya di kampung, yang terpaksa harus berjuang di negeri orang. Artinya, nasib saya, nasib kita, jauuuuuhhh lebih baik ( jangan marah kalo di compare dengan TKI yaa.), mesti banyak bersyukur… Mudah2an dengan dengan bersyukur, rejeki kita akan dilipatgandakan.. Amiin… Mudah2an trip perjalanan saya, selama masih ditempatkan di Surabaya, akan selalu bersama orang2 yang didoakan keluarganya di kampungnya yang berharap kucuran wesel dan western union, akan selalu selamat sampai tujuan, sampe kemudian dipindahtugaskan kemana lagi.. Hehehehe..

Tegaknya amanah

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, batam center, causeway link, citra 8, dumai ekspress, johor, kualalumpur, larkin, malaysia, quality hotel, stulang laut


Tegaknya amanah

Suatu ketika dalam sebuah kesempatan yang diberikan Alloh kepadaku, aku diberikan kelonggaran rejeki, waktu dan kesehatan untuk mengunjungi negeri tetangga, malaysia, tepatnya kita kualalumpur.
Hari itu tggl 4 desember 2010 sekitar jam 16:15 perjalanan itu dimulai dari pelabuhan ferry Batam Center, Batam dengan menumpang ferry Citra 8 (dumai ekspress) dengan tujuan Stulang Laut ferry terminal di Johor. Sebelumnya saya telah menghubungi teman mantan pegawai Kastam Johor, pak Yusup untuk menjemput. Perjalanan ferry ditempuh sekitar dua jam. Setibanya di johor, kami langsung diajak untuk membeli tiket untuk perjalanan esok hari dengan bus ke kualalumpur. Tiket kami beli langsung di konter Causeway link di terminal bis Larkin.
Pendek cerita, keesokan harinya barulah kami menempuh perjalanan darat selama kurang lebih empat jam dan tibalah kami di bandaraya kualalumpur lumpur pada pukul 13:00 di terminal bis Bukit Jalil dan menuju ke penginapan di Quality Hotel yang berada di pusat kota Kuala Lumpur.
Inti dari perjalanan ini adalah betapa majunya kota di negara Malaysia dilihat dari bangunan fisik dan tata kota serta ketertiban orang berdagang. Kalo secara pribadi, saya memujinya sebagai bentuk terlaksananya amanah yang diemban oleh segenap pemimpin. Liat biasa.
Boleh jujur, banyak pembenaran kenapa kemudian kota-kota di Indonesia tertinggal dari negara sebelah. Salah satu diantaranya adalah karena beda bentuk pemerintahan, serta karena perbedaan siapa penjajahnya dulu. Raya-raya eks jajahan Inggris Raya jauh lebih baik kondisinya dibanding eks jajahan Belanda. Apa benar demikian? Apabila ditinjau dari sisi umur kemrdekaan, kurang lebih sama umurnya.
Apakah bentuk pemerintahan Monarki lebih baik dari Republik atau Parlementer? Tidak juga, banyak juga republik lainnya atau parlementer yang lebih maju dari Republik Indonesia.
Menurut pendapat saya pribadi, inti dari permasalahan ini adalah terjaganya amanah oleh orang-orang yang mengembannya. Amanah semestinya digunakan untuk menjunjung tinggi kemaslahatan ummat, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Amanah mestinya diterima bukan dengan sukacita, tapi dengan rasa khawatir dan penuh kecemasan apakah bisa dilaksanakan dengan baik atau malah menjadi hujjah di kemudian hari. 
Republik ini memberikan pembenaran bahwa selama setahun ini sedang mengalami masa belajar berdemokrasi serta gencar menggemakan anto korupsi. Kenyataannya rakyat tetap dalam stage yang sama seperti demokrasi itu dimulai sekitar duabelas tahun yang lalu.
Apa yang salah dari republik ini? Banyak pemimpin yang tidak menjaga amanahnya dengan dalih karena ia hanya diberikan kesempatan dua kali masa jabatan dan untuk mendapatkan jabatan itu ia mesti dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Jadi menurutnya wajar bila dalam masa jabatannya itu ia mesti mengambil kembali apa yang telah dikeluarkannya.. Masya Alloh..
Bagaimana semestinya kita bercermin tentang bagaimana menerima dan menjalankan amah itu? Banyaklah kita bercermin kepada teladan para khulafa’urrasyidiin dalam mengelola negara islam pasca wafatnya Rasulullah SAW. 
Mestikah kita mengganti sistem pemerintahan kita? Tidak! Cukup jalankan amanah dengan baik, Insya Alloh rakyat akan sejahtera.

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 27,979 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • Look, Think and Write
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES

tulisan saya

kunjungan

  • 27,979 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Create a free website or blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

Look, Think and Write

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • slametsukanto
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • slametsukanto
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...