Sudah lama rasanya ingin menuangkan apa yang ada di benak dan di hati semenjak kepergian Ayahanda pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 sekitar pukul 00:45 WIB. Rasa yang berkecamuk bukan karena ketidakikhlasan atas kepergian beliau karena kami sekeluarga telah mengikhlaskannya pergi ke haribaan Alloh subhanahu wataála. Rasa ini lebih karena ada perasaan bersalah karena tidak lebih banyak meluangkan waktu bersamanya saat ia masih ada. Rasa ini juga karena kerinduan atas segala sikap arifnya dalam menyikapi masalah walaupun dengan temperamen aslinya yang keras yang tertempa karena keadaan dan perjuangan dalam hidupnya.

Malam itu, malam setelah sore harinya sekitar pukul 14.00 WIB kami mengebumikan ayahanda di komplek pemakaman yang selama ini menjadi tetangga kami, karena letaknya yang hanya berbatas dinding tembok, kami berbincang tentang betapa mulianya ayah kami sembari mendo’akannya:

Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri.

Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)

Bapak-demikian kami anak-anaknya terbiasa memanggilnya-adalah sosok yang luar biasa di mata kami. Banyak hal yang membuat kami mengaguminya. Ia bukanlah seorang pejabat tinggi, bukan juga pengusaha sukses, tapi bagi kami Ia adalah lebih dari itu.

Bapak adalah seorang tukang batu, yang ditekuninya dari ia masih lajang hingga menikah dan dikaruniai sepuluh orang anak yang karena kehendak Alloh anak yang nomor 6 dipanggil-Nya dalam usia remaja. Sepuluh jumlah kami bersaudara yang untuk saat ini apabila aku ditanyakan tentang hal itu akan kusampaikan dengan rasa bangga. ya, aku merasa bangga bahwa meskipun kami yang tersisa sembilan bersaudara adalah tidak dalam posisi yang hebat dengan penghasilan luar biasa, tapi Bapak telah mengentaskan kami menyelesaikan jenjang pendidikan dengan skala prioritas minimal sarjana untuk yang laki-laki dan minimal SMA untuk yang wanita. Apa yang mendasarinya untuk memberi prioritas itu hanya semata amanah al-Qur’an bahwa arrijaalu qowwamuuna ‘alannisaa, Bapak harus mempersiapkan rijal-rijalnya menjadi qowwaamun ‘alannisaa.

Kami mengingat semasa dalam proses tumbuh bersama, untuk mencukupi semua kebutuhan kami dengn kemampuannya sebagai tukang batu, kami harus berbagi satu butir telor yang digoreng melebar hingga cukup bagi kami membaginya dengan sayur asem buatan emak .

Saat kebutuhan sekolah kami meningkat dan penghasilan Bapak tidak mencukupi, dengan sepeda ontel emak pergi ke pegadaian di ujung jalan desa sebelah pasar randugunting untuk menggadaikan kain “tapih” miliknya. Emak juga kadang harus berhutang di warung tetangga kami untuk kebutuhan dapur. Tapi itu barokah luar biasa bagi kami hingga membuat kami alhamdulillah bisa menyelesaikan pendidikan yang kami inginkan.

Pola pendidikan yang Bapak terapkan kepada kami tegas tapi demokratis. Beliau tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap apa yang kami mau dan hanya memberikan bekal iman dan taqwa yang membuat kami berpegang teguh kepada agama tercinta sebagai sandaran hidup.kegiatan rutin yang harus dilakukan adalah sholat magrib di langgar hibah Mbah Tasnyan – kakek kami dan tadarus al-qur’an sepulangnya di rumah.

Masya Alloh.. mengingat masa itu membuat kami menitikkan air mata dan mengucap syukur dengan keadaan sekarang..

ini semua berkat jasamu Ayahanda.. semoga Alloh senantiasa melindungi dan menempatkanmu di Jannah-Nya. aamiin ya robbal ‘alamiin..