Tags

, , , , , ,

Untuk kesekian kalinya, rute ini kutempuh selain rute lainnya, GA 030 atau Batavia flight (lupa nomer flight-nya) demi sebuah tujuan mulia, bertemu keluarga tercinta di Tanjung Uban, Bintan.
Untuk kesekian kalinya juga, selalu, dengan flight ini dan dua flight lainnya (ada tiga penyedia penerbangan rute ini yaitu Lion Air, Citylink-operated by Garuda Indonesia dan Batavia Air), saya akan bersama saudara sebangsa dan setanah air yang akan menunaikan tugas mulia yaitu mendulang devisa ringgit di negara jiran kita di Malaysia, para pahlawan devisa – demikian sebutan heroiknya, para TKI.
Rupanya rute ini memang dibuka trip langsung Surabaya – Batam salah satunya khusus memfasilitasi perjalanan mereka menuju tanah harapan mereka. Luar biasa.
Dan selalunya juga, saya akan dihadapkan dengan roman muka dibawah standar pelayanan oleh pramugari yang mungkin didalam hatinya agak sedikit menggerutu ( rrrgggghhh.. Wong ndeso meneh..) hehehehe.. Dan khusus untuk grading dari tiga penerbangan ini, saya telah memeringkatnya dengan peringkat jutek pertama adalah Batavia Air, kedua Lion Air dan terakhir Citilink. ( tapi jangan salah, khusus Lion Air, kalo mereka kemudian tahu saya duduk di seat sambil ketak-ketik di Ipad, muka mereka langsung sumringah.. Hehehehe.. Jangan2 dipkirnya saya bos TKI..)
Tapi memang, dari sekian kali penerbangan, kelakuan mereka rodok nyleneh.. Mulai nyrobot barisan antrian masuk boarding, nanyain seat ke pramugari, mbawa makan nasi bungkus di pesawat, sampe masih telpon-telponan dengan sedulur2nya yang intinya ngabarin – aku wis neng montor mabur iki.. ( khusus permintaan mematikan telpon angin ini, kadang bisa di announce sampai sekian kali.. Manstap!!)
Tapi kejadian yang paling membuat saya miris adalah resistensi dari bapak-bapak petugas security di keberangkatan Juanda yang mengunderline rombongan mereka dengan menanyakan kembali identitas KTP pada saat masuk ruang tunggu dan juga menanyakan – “sopo sing ngurus iki?” hahahaha… (kayaknya ada yang akrab dengan pertanyaan ini.. ). Mudah2 an ketatnya screening oleh bapak2 security di keberangkatan ini bertujuan baik, yaitu menghindari mereka dari Human Trafficking..
Sesampainya di Batam juga demikian, mereka, para pahlawan devisa ini, akan discreening oleh petugas Disdukcapilko Batam. Luar biasa mereka, pengendusannya bisa dengan cepat memilah mana yang datang dengan profesi TKI atau bukan.. Untungnya saya tidak termasuk yang kena endus selama bolak-balik ini..hehehehe..
Tapi itulah mereka, para pahlawan buat negara dan buat keluarga mereka. Perjuangan mereka luar biasa!! Dan cerita mereka sesampainya di Batam akan lebih panjang lagi dimulai dari dihadapkannya pilihan untuk menjadi TKI legal atau illegal. Yang legal-pun masih displit lagi, bener2 legal melalui proses training dan penempatan, ataupun yang hanya sekedar bisa memiliki passport dan masuk ke negeri jiran Malaysia. Yang tragis, mereka yang kemudian memilih ( atau mungkin hanya satu2nya pilihan) , berangkat dengan pancung sempit lewat jalur terpendek Bintan – Johor.. Masya Alloh..
Sekali lagi, itulah mereka, para pahlawan untuk keluarganya di kampung, yang terpaksa harus berjuang di negeri orang. Artinya, nasib saya, nasib kita, jauuuuuhhh lebih baik ( jangan marah kalo di compare dengan TKI yaa.), mesti banyak bersyukur… Mudah2an dengan dengan bersyukur, rejeki kita akan dilipatgandakan.. Amiin… Mudah2an trip perjalanan saya, selama masih ditempatkan di Surabaya, akan selalu bersama orang2 yang didoakan keluarganya di kampungnya yang berharap kucuran wesel dan western union, akan selalu selamat sampai tujuan, sampe kemudian dipindahtugaskan kemana lagi.. Hehehehe..