• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Tag Archives: Lion Air

Tjilik Riwut JT671

11 Saturday Aug 2012

Posted by slametsukanto in gawean

≈ 1 Comment

Tags

batam, Bintan, boeing 737 900ER, HM Arsyad, jawa, JT671, kalimantan, Lion Air, palangkaraya, pengadilan negeri sampit, sampit, suku banjar, Tanjung Uban, tjilik riwut, travel


Dinihari itu aku terbangun dan terlihat jam menunjuk pukul 01:00 WIB. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan membasuh muka dengan berwudhu, kubuka lembar sajadah indah , pemberian teman yang ia belikan sebagai oleh-oleh sewaktu umrah , dan mengangkat tangan mengucap takbir mengawali sholat. Dua rokaat aku selesaikan, kulirik jam dan telah menunjuk pukul 01:15 WIB, atau lima belas menit lagi menjelang kedatangan travel yang akan membawaku ke Palangkaraya. Ya, pagi ini aku mesti berangkat dinihari kesana untuk naik pesawat di Bandara Tjilik Riwut pukul 06:50 WIB . Rute penerbangan lewat Palangkaraya ini terpaksa aku tempuh karena connecting dengan penerbangan lanjutannya ke Batam di hari yang sama. bisa saja aku mengambil penerbangan lewat Sampit dengan Kalstar, tapi mesti nginep dulu di jakarta untuk bisa berangkat keesokan paginya ke Batam. Atau bisa juga berangkat dari Sampit ke Surabaya dengan Merpati , tapi sama juga, mesti nginep dulu sebelum keesokan paginya terbang ke Batam. Lumayan repot.. hihihi.. makanya aku pilih rute Palangkaraya – Jakarta – Batam yang connect di hari yang sama, lebih praktis menurutku.
Tepat pukul 01:30 WIB, hp-ku berdering dan ketika kuangkat terdengar suara laki-laki yang tidak lain adalah sopir travel yang akan menjemputku. Tidak lama, setelah sepuluh menit dari pembicaraan melalui telpon tadi , mobil travel innova itu sudah ada di jalan depan rumah, jalan HM Arsyad, tepat di depan Pengadilan Negeri Sampit, dan setelah aku letakkan tas di bagasi, kami berangkat menjemput penumpang travel lain. Tepat pukul 02:00 WIB, kami meninggalkan Sampit menuju Palangkaraya dengan muatan sebanyak empat orang, aku duduk di depan, dua penumpang lainnya duduk di tengah dan satu orang duduk di bangku paling belakang. Kami sama-sama calon penumpang penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Perjalanan empat jam ini harus ditempuh dengan perkiraan waktu tiba tepat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya sekitar pukul 06:00 WIB. Dari waktu tempuh empat jam ini, kami berhenti sekali di kilometer 98 atau lebih kurang di separuh perjalanan. Tempat istirahat atau pemberhentian ini berupa sebuah warung yang lumayan komplit yang beberapa kali aku menjalani trip ini selalu ditunggu oleh seorang anak perempuan keturunan suku banjar. Di warung yang juga jadi tempat istirahat truk bermuatan barang dari Banjarmasin untuk tujuan Sampit ini aku bisa meminum segelas coffeemix dan menjalankan sholat subuh.
Tepat pukul 06:00 WIB saya sampai di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan langsung menuju konter check-in Lion Air. Dari pengamatanku beberapa kali menempuh rute ini, penerbangan Lion Air rute Palangkaraya – Jakarta ini lumayan juga jumlah penumpangnya dan menurut hitunganku hampir selalu dalam kondisi 90% kursi boeing 737-900ER terisi. Salah satu alasannya menurutku karena tidak ada delay atas rute penerbangan ini karena pesawat standby di bandara.
Sekedar menggambarkan Bandara Tjilik Riwut, namanya diambil dari Gubernur Kalimantan Tengah pertama, seorang putra daerah asli Kalimantan bersuku Dayak. Bandara ini sebagaimana bandara lain di indonesia yang sebenarnya adalah pangkalan TNI AU, terletak di arah luar kota Palangkaraya arah Banjarmasin. Tataruang untuk memasuki areal atau kawasan bandara ini tertata rapi dengan akses masuk berupa jalan besar yang dipisahkan oleh taman di tengahnya. Bangunan bandara sendiri menyerupai rumah adat dayak atau sering dinamakan betang, dengan ornamen tameng di hampir seluruh tiang penyangga bangunan bandara bagian luarnya.
Setelah boarding, aku segera menuju ke warung yang ada di sudut ruangan sebelum ruang tunggu dan meminta untuk dibuatkan segelas energen cereal rasa coklat untuk sekedar mengisi perut pengganti sarapan sebelum limabelas menit kemudian memasuki ruang tunggu untuk boarding.
Dan tepat sesuai jadwal penerbangan, pesawat Lion Air JT 671 yang aku tumpangi berangkat ke jakarta. Di cengkareng selanjutnya aku melapor ke bagian transit dan menunggu jadwal keberangkatan pesawat selanjutnya ke Batam untuk kemudian ke Tanjung Uban, Bintan. Bersyukurnya aku di rute penerbangan ini, kadang aku bisa bertemu dengan teman dan sahabat yang bersedia meluangkan waktu menemaniku menunggu saat terbang ke Batam.
Keseluruhan waktu yang mesti aku tempuh dalam rangka kepulangan menuju rumah ini kurang lebih empatbelas jam, sebuah hitungan waktu yang cukup lama yang disebabkan dua kali penerbangan, tiga moda transportasi ( darat, laut dan udara ) dan melewati dua pulau besar ( Kalimantan dan Jawa ) dan dua pulau kecil ( Batam dan Bintan ). Mudah-mudahan selama aku menjalani rute perjalanan ini senantiasa mendapat perlindungan Alloh subhanahu wata’alaa.. aamiin..

Wisdom in the air

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 2 Comments

Tags

Jemy V. Confindo, Lion Air, Wisdom in the air


Untuk yang kedua kalinya saya tertarik dengan bacaan yang ada di Lionmag, Wisdom in the air yang ditulis oleh Jemy V.Confido yang punya situs di http://www.jemyconfido.com
Kali ini, Jemy menuturkan tentang Kebenaran dan Pembenaran.
Alkisah tentang seorang pemuda yang memiliki sebuah mikroskop. Sedemikian takjubnya ia dengan benda ini sehingga berulangkali dicobanya alat ini untuk melihat benda-benda yang indah seperti kelopak bunga dan batu mutiara. Hingga suatu ketika, saat ia tengah menyantap sambal kegemarannya yang biasa ia beli d warung pinggir jalan, tergerak hatinya untuk mencoba melihat apa yang ada dalam sambal itu. Betapa terkejutnya ia manakala dilihatnya ada cacing bergerak2 didalam sambal yang ditempatkannya dibawah mikroskop itu. Sejenak ia terduduk dan berpikir merenung betapa ia telah sekian tahun lamanya mengkonsumsi sambal itu, dan baik- baik saja. Bahkan ia masih teringat saat teman2 nya diolehi bungkusan sambal itupun mereka berkomentar yang sama. 
Lamanya ia terdiam sampai kemudian pemuda ini mengambil keputusan. Diangkatnya mikroskop itu, dibantingnya hingga berkeping dan dilemparkannya ke semak belakang rumahnya.
Kisah diatas menggambarkan kehidupan nyata yang seringkali dihadapi kita. Saat kita bertemu dengan hal yang indah dan menyenangkan kita, akan dengan senang hatinya kita menerimanya sebagai sebuah kebenaran. Akan tetapi saat kita dihadapkan dengan hal yang tidak berkenan dan tidak menyenangkan, dengan mudahnya kita akan membuangnya dan mencari pembenaran atas tindakan kita itu.
Jemy Confido menggrading Pembenaran sebagaimana sebuah stadium kanker. Dimana menurutnya, stadium awal dari Pembenaran itu adalah Blaming atau menyalahkan orang lain. Contoh yang disampaikannya adalah ungkapan : ” saya sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi tidak ada yang mendukung saya”. Bisa jadi sebenarnya orang tersebut telah benar-benar berusaha, tapi dalam konteks ini orang tersebut adalah dia belum berusaha sebaik yang dia ucapkan namun menutupinya dengan menyalahkan pihak-pihak yangg tidak mendukungnya. Pengobatan atas kanker pembenaran stadium ini bisa diobati dengan merubah pertanyaan tersebut diatas ditujukan kepada diri kita sendiri dengan bertanya : ” benarkah saya sudah melakukan yang terbaik dan benarkah tidak ada satu orangpun yang mendukung saya?”
Pada stadium menengah, pembenaran mengambil bentuk excuse. Dalam hal ini si pelaku seolah-olah menerima bahwa dirinya belum berusaha namun memaklumi hal tersebut karena ia tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan usaha tersebut. Contoh excuse misalnya : “tentu saja saya belum bisa melakukan usaha terbaik karena saya tidak memiliki biaya, orang dan waktu yang cukup untuk itu”. Pembenaran dalam bentuk excuse bisa dikoreksi dengan pertanyaan : ” bila saya memiliki biaya, orang dan waktu apakah saya akan melakukan usaha yang lebih baik daripada yang saya lakukan sekarang?”
Pembenaran stadium akhir adalah mengambil bentuk Justify. Pelaku dalam konteks ini membenarkan sikap atau tindakan yang dilakukannya. Contoh Justify misalnya : ”     Saya tidak perlu melakukan usaha terbaik karena belum jelas hasil yang akan dicapai “. Stadium ini lebih sulit diatasi karena pelaku berlindung dibalik argumen yang sepertinya cukup kuat. Tapi koreksi bisa dilakukannya dengan mengajukan pertanyaan : ” Bila hasilnya sudah jelas, apakah saya bersedia melakukan usaha terbaik? “.
Jemy Confido menyampaikan bahwa semakin tinggi stadium pembenaran yang dialami seseorang, semakin kuat dalih-dalih yang digunakannya.
Lalu bagaimana agar kita terlepas dari pembenaran? Jawabannya terletak pada kisah si pemuda dengan mikroskopnya diatas. Sama seperti kehidupan kita, saat kita menemukan ( memiliki ) mikroskop, kita akan menerimanya dengan baik saat kita menggunakannya untuk melihat fakta-fakta yang indah seperti kelopak bunga atau berlian. Sebaliknya, ketika kita menggunakan mikroskop untuk melihat fakta-fakta yang tidak indah seperti cacing dalam sambal tadi, maka kita dihadapkan pada dua pilihan yaitu membuangnya mikroskopnya dan membiarkan kita memakan sambal yang ternyata ada cacingnya atau pilihan yang lebih bijak adalah dengan berhenti memakan sambal yang kurang higienis itu sebelum kita sakit perut.     

JT 970 16102010

25 Wednesday Jan 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

batam, Bintan, Lion Air, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Tenaga Kerja Indonesia, TKI


Untuk kesekian kalinya, rute ini kutempuh selain rute lainnya, GA 030 atau Batavia flight (lupa nomer flight-nya) demi sebuah tujuan mulia, bertemu keluarga tercinta di Tanjung Uban, Bintan.
Untuk kesekian kalinya juga, selalu, dengan flight ini dan dua flight lainnya (ada tiga penyedia penerbangan rute ini yaitu Lion Air, Citylink-operated by Garuda Indonesia dan Batavia Air), saya akan bersama saudara sebangsa dan setanah air yang akan menunaikan tugas mulia yaitu mendulang devisa ringgit di negara jiran kita di Malaysia, para pahlawan devisa – demikian sebutan heroiknya, para TKI.
Rupanya rute ini memang dibuka trip langsung Surabaya – Batam salah satunya khusus memfasilitasi perjalanan mereka menuju tanah harapan mereka. Luar biasa.
Dan selalunya juga, saya akan dihadapkan dengan roman muka dibawah standar pelayanan oleh pramugari yang mungkin didalam hatinya agak sedikit menggerutu ( rrrgggghhh.. Wong ndeso meneh..) hehehehe.. Dan khusus untuk grading dari tiga penerbangan ini, saya telah memeringkatnya dengan peringkat jutek pertama adalah Batavia Air, kedua Lion Air dan terakhir Citilink. ( tapi jangan salah, khusus Lion Air, kalo mereka kemudian tahu saya duduk di seat sambil ketak-ketik di Ipad, muka mereka langsung sumringah.. Hehehehe.. Jangan2 dipkirnya saya bos TKI..)
Tapi memang, dari sekian kali penerbangan, kelakuan mereka rodok nyleneh.. Mulai nyrobot barisan antrian masuk boarding, nanyain seat ke pramugari, mbawa makan nasi bungkus di pesawat, sampe masih telpon-telponan dengan sedulur2nya yang intinya ngabarin – aku wis neng montor mabur iki.. ( khusus permintaan mematikan telpon angin ini, kadang bisa di announce sampai sekian kali.. Manstap!!)
Tapi kejadian yang paling membuat saya miris adalah resistensi dari bapak-bapak petugas security di keberangkatan Juanda yang mengunderline rombongan mereka dengan menanyakan kembali identitas KTP pada saat masuk ruang tunggu dan juga menanyakan – “sopo sing ngurus iki?” hahahaha… (kayaknya ada yang akrab dengan pertanyaan ini.. ). Mudah2 an ketatnya screening oleh bapak2 security di keberangkatan ini bertujuan baik, yaitu menghindari mereka dari Human Trafficking..
Sesampainya di Batam juga demikian, mereka, para pahlawan devisa ini, akan discreening oleh petugas Disdukcapilko Batam. Luar biasa mereka, pengendusannya bisa dengan cepat memilah mana yang datang dengan profesi TKI atau bukan.. Untungnya saya tidak termasuk yang kena endus selama bolak-balik ini..hehehehe..
Tapi itulah mereka, para pahlawan buat negara dan buat keluarga mereka. Perjuangan mereka luar biasa!! Dan cerita mereka sesampainya di Batam akan lebih panjang lagi dimulai dari dihadapkannya pilihan untuk menjadi TKI legal atau illegal. Yang legal-pun masih displit lagi, bener2 legal melalui proses training dan penempatan, ataupun yang hanya sekedar bisa memiliki passport dan masuk ke negeri jiran Malaysia. Yang tragis, mereka yang kemudian memilih ( atau mungkin hanya satu2nya pilihan) , berangkat dengan pancung sempit lewat jalur terpendek Bintan – Johor.. Masya Alloh..
Sekali lagi, itulah mereka, para pahlawan untuk keluarganya di kampung, yang terpaksa harus berjuang di negeri orang. Artinya, nasib saya, nasib kita, jauuuuuhhh lebih baik ( jangan marah kalo di compare dengan TKI yaa.), mesti banyak bersyukur… Mudah2an dengan dengan bersyukur, rejeki kita akan dilipatgandakan.. Amiin… Mudah2an trip perjalanan saya, selama masih ditempatkan di Surabaya, akan selalu bersama orang2 yang didoakan keluarganya di kampungnya yang berharap kucuran wesel dan western union, akan selalu selamat sampai tujuan, sampe kemudian dipindahtugaskan kemana lagi.. Hehehehe..

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 25,267 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • Look, Think and Write
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES

tulisan saya

kunjungan

  • 25,267 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Create a free website or blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

Look, Think and Write

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy