wuiih.. sebuah perjalanan yang lumayan menguras energi walaupun dengan kondisi jalan yang relatif baik untuk ukuran daerah pinggir Kalimantan Tengah. Tumbang Samba, sebuah kota kecamatan dengan nama resminya Kecamatan Katingan Tengah dibawah provinsi Kalimantan Tengah, harus saya tempuh sejak pukul 03:15 dinihari demi mengejar jadwal sosialisasi cukai hasil tembakau yang direncanakan digelar pukul 08:00.
perjalanan di awal hari itu saya ditemani oleh anggotaku, dengan pertimbangan keselamatan karena rasanya kurang sreg melakukan perjalanan ke daerah yang sama sekali belum pernah saya kunjungi. perjalanan dinihari itu yang rencananya saya tempuh sendiri dengan mobil ford ranger dinas, dibatalkan dan saya memilih menggunakan jasa perusahaan travel.
perjalanan ke lokasi sosialisasi di Tumbang Samba Kecamatan Katingan Tengah saya tempuh melalui jalur darat searah ke Palangkaraya, tepatnya di separuh perjalanan ke arah Palangkaraya, kami harus belok kiri tepat di jalan didepan Rumah Makan Banua Lima di kilometer 106. dari situ kami harus menelusuri jalan yang tidak seramai jalur Sampit-Palangkaraya diperkirakan selama 2,5 jam. dan benar saja, saya baru nyampai ke lokasi di Tumbang Samba sekitar pukul 7:45 atau 15 menit sebelum acara dimulai dan mendapat sambutan dari Camat Katingan Tengah dan Kabid Perdagangan Kabupaten Katingan. dengan ketibaan waktu yang sedemikian mepet ini, otomatis tidak ada kesempatan buat mandi atau ngelap badan. alhamdulillah acara sosialisasi berjalan lancar dan diikuti segenap peserta secara antusias dan mendapat apresiasi positif. sebuah pengalaman berharga dan bangga bisa mengenalkan dan membagi ilmu kepada masyarakat di daerah yang sama sekali baru buatku di pedalaman Kalimantan tentang cukai tembakau, pungutan negara yang berada di posisi dilematis antara penerimaan negara dan menyehatkan warga dari bahaya merokok.
Tumbang Samba, sebuah nama dan tempat yang baru sekali ini saya kunjungi, ternyata banyak diisi oleh pendatang dari Jawa dan kebetulan salah satunya ikut menjadi bagian peserta sosialisasi dan ikut mengajukan pertanyaan di sesi tanya jawab. namanya Paijo dengan profesi sebelum pensiun adalah Guru dan telah menetap di Tumbang Samba selama limapuluh tahun serta telah menjadi ta’mir mesjid di seberang saya melakukan sosialisasi yang dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, sama dengan mesjid besar di Sampit yang juga dibangun oleh yayasan yang sama binaan alm. Bapak Soeharto.
Tumbang Samba, letaknya di pinggir sungai Katingan, terasa sekali denyut nadi perekonomiannya ditandai dengan ramainya pasar walaupun hanya sepintas saya melewatinya. di seberang sungai katingan ini menurut penuturan beberapa orang yang sempat saya tanya, bisa langsung menuju kantor bupati Kasongan dengan melewati perahu penyeberangan.
Tumbang Samba atau Muara Samba, mudah-mudahan bisa menambah referensiku tentang betapa luasnya wilayah Kalimantan. next trip, saya berencana melakukan touring ke Balikpapan melalui jalur darat. wish me luck.
Saya tertarik dengan lingkungan alam yang sangat indah saya inginlah hidup disana klu ada jodoh disans dark winardie