Dinihari itu aku terbangun dan terlihat jam menunjuk pukul 01:00 WIB. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan membasuh muka dengan berwudhu, kubuka lembar sajadah indah , pemberian teman yang ia belikan sebagai oleh-oleh sewaktu umrah , dan mengangkat tangan mengucap takbir mengawali sholat. Dua rokaat aku selesaikan, kulirik jam dan telah menunjuk pukul 01:15 WIB, atau lima belas menit lagi menjelang kedatangan travel yang akan membawaku ke Palangkaraya. Ya, pagi ini aku mesti berangkat dinihari kesana untuk naik pesawat di Bandara Tjilik Riwut pukul 06:50 WIB . Rute penerbangan lewat Palangkaraya ini terpaksa aku tempuh karena connecting dengan penerbangan lanjutannya ke Batam di hari yang sama. bisa saja aku mengambil penerbangan lewat Sampit dengan Kalstar, tapi mesti nginep dulu di jakarta untuk bisa berangkat keesokan paginya ke Batam. Atau bisa juga berangkat dari Sampit ke Surabaya dengan Merpati , tapi sama juga, mesti nginep dulu sebelum keesokan paginya terbang ke Batam. Lumayan repot.. hihihi.. makanya aku pilih rute Palangkaraya – Jakarta – Batam yang connect di hari yang sama, lebih praktis menurutku.
Tepat pukul 01:30 WIB, hp-ku berdering dan ketika kuangkat terdengar suara laki-laki yang tidak lain adalah sopir travel yang akan menjemputku. Tidak lama, setelah sepuluh menit dari pembicaraan melalui telpon tadi , mobil travel innova itu sudah ada di jalan depan rumah, jalan HM Arsyad, tepat di depan Pengadilan Negeri Sampit, dan setelah aku letakkan tas di bagasi, kami berangkat menjemput penumpang travel lain. Tepat pukul 02:00 WIB, kami meninggalkan Sampit menuju Palangkaraya dengan muatan sebanyak empat orang, aku duduk di depan, dua penumpang lainnya duduk di tengah dan satu orang duduk di bangku paling belakang. Kami sama-sama calon penumpang penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Perjalanan empat jam ini harus ditempuh dengan perkiraan waktu tiba tepat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya sekitar pukul 06:00 WIB. Dari waktu tempuh empat jam ini, kami berhenti sekali di kilometer 98 atau lebih kurang di separuh perjalanan. Tempat istirahat atau pemberhentian ini berupa sebuah warung yang lumayan komplit yang beberapa kali aku menjalani trip ini selalu ditunggu oleh seorang anak perempuan keturunan suku banjar. Di warung yang juga jadi tempat istirahat truk bermuatan barang dari Banjarmasin untuk tujuan Sampit ini aku bisa meminum segelas coffeemix dan menjalankan sholat subuh.
Tepat pukul 06:00 WIB saya sampai di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan langsung menuju konter check-in Lion Air. Dari pengamatanku beberapa kali menempuh rute ini, penerbangan Lion Air rute Palangkaraya – Jakarta ini lumayan juga jumlah penumpangnya dan menurut hitunganku hampir selalu dalam kondisi 90% kursi boeing 737-900ER terisi. Salah satu alasannya menurutku karena tidak ada delay atas rute penerbangan ini karena pesawat standby di bandara.
Sekedar menggambarkan Bandara Tjilik Riwut, namanya diambil dari Gubernur Kalimantan Tengah pertama, seorang putra daerah asli Kalimantan bersuku Dayak. Bandara ini sebagaimana bandara lain di indonesia yang sebenarnya adalah pangkalan TNI AU, terletak di arah luar kota Palangkaraya arah Banjarmasin. Tataruang untuk memasuki areal atau kawasan bandara ini tertata rapi dengan akses masuk berupa jalan besar yang dipisahkan oleh taman di tengahnya. Bangunan bandara sendiri menyerupai rumah adat dayak atau sering dinamakan betang, dengan ornamen tameng di hampir seluruh tiang penyangga bangunan bandara bagian luarnya.
Setelah boarding, aku segera menuju ke warung yang ada di sudut ruangan sebelum ruang tunggu dan meminta untuk dibuatkan segelas energen cereal rasa coklat untuk sekedar mengisi perut pengganti sarapan sebelum limabelas menit kemudian memasuki ruang tunggu untuk boarding.
Dan tepat sesuai jadwal penerbangan, pesawat Lion Air JT 671 yang aku tumpangi berangkat ke jakarta. Di cengkareng selanjutnya aku melapor ke bagian transit dan menunggu jadwal keberangkatan pesawat selanjutnya ke Batam untuk kemudian ke Tanjung Uban, Bintan. Bersyukurnya aku di rute penerbangan ini, kadang aku bisa bertemu dengan teman dan sahabat yang bersedia meluangkan waktu menemaniku menunggu saat terbang ke Batam.
Keseluruhan waktu yang mesti aku tempuh dalam rangka kepulangan menuju rumah ini kurang lebih empatbelas jam, sebuah hitungan waktu yang cukup lama yang disebabkan dua kali penerbangan, tiga moda transportasi ( darat, laut dan udara ) dan melewati dua pulau besar ( Kalimantan dan Jawa ) dan dua pulau kecil ( Batam dan Bintan ). Mudah-mudahan selama aku menjalani rute perjalanan ini senantiasa mendapat perlindungan Alloh subhanahu wata’alaa.. aamiin..