• Perihal

slametsukanto

~ about making ideas happens

slametsukanto

Tag Archives: sampit

patok 98

07 Saturday Mar 2015

Posted by slametsukanto in jalan-jalan

≈ Leave a comment

Tags

Cilik Riwut, palangkaraya, patok 98, sampit


patok 98

patok ini sengaja saya foto di tengah waktu rehat separuh perjalanan dari Sampit menuju Palangkaraya dalam rangka menuju keberangkatan Lion Air pagi hari dari Bandara Cilik Riwut. patok yang sebenarnya tidak persis di tengah perjalanan ini jelas terlihat bahwa saya sudah menempuh perjalanan sepanjang 120 kilometer dari Sampit (SPT) dan masih tersisa 98 kilometer menuju Palangkaraya (PRY).
waktu tempuh sekitar 4 jam rute Sampit – Palangkaraya, sampai di patok 98 itu sekitar waktunya sholat subuh dari keberangkatan jam 02:00 WIB, perjalanan yang memang dipas-kan timingnya oleh travel untuk sampai di Bandara Cilik Riwut jam 06:00 WIB.
yang menarik, jujugan patok 98 itu tidak hanya milik kendaraan dari Sampit, tapi juga kendaraan dari palangkaraya yang terutama didominasi oleh truk pengangkut barang. mereka juga memanfaatkan waktu istirahat di tempat ini untuk ngopi dan keperluan lainnya.
warung dimana patok 98 ini ada, dijaga oleh gadis-gadis banjar yang selalu sopan dalam menerima tamu, termasuk saya yang kebetulan memanfaatkan tempat ruang tengah mereka untuk melaksanakan sholat subuh. imbalannya, segelas susu jahe hangat dan sepiring nasi porsi setengah dengan lauk ikan haruan biasanya saya beli.

satu setengah tahun yang berarti

28 Sunday Jul 2013

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 4 Comments

Tags

banjarmasin, bea keluar, china, hasil tambang, kalstar, ketapang, kota baru, kotawaringin timur, kotim, merpati, pangkalan bun, pelni dharma lautan nusantara, perkebunan sawit, pontianak, sampit, semarang, surabaya


setahun setengah penempatanku di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. penempatan yang diawali di pertengahan Desember 2011 ini aku rasakan banyak membuatku belajar. ya, sejatinya dimanapun aku ditempatkan, adalah layaknya sebuah sekolah dimana aku menjadi muridnya. murid yang semestinya patuh kepada guru yang ada yaitu bumi yang aku pijak lengkap dengan segenap adat kebiasaannya serta langit yang aku junjung dengan segenap kondisi alam yang menaunginya.
Sampit, nama yang sangat populer, dengan konotasi negatif akibat kerusuhan antar suku yang terjadi di tahun 2001, letaknya di tepi sungai Mentaya. nama Sampit sendiri tidak aku temui jejaknya di sebuah nama kecamatan atau nama desa / kelurahan sekalipun. yang jelas, nama kabupaten dimana nama Sampit ini ada adalah di Kotawaringin Timur dengan akronim Kotim, sebagai bagian dari Provinsi Kalimantan Tengah.
kota kabupaten ini memiliki fasilitas akses keluar masuk orang dalam rangka migrasi yang cukup lengkap dimana tersedia akses penerbangan langsung dari dan ke Surabaya, Semarang, dan Jakarta termasuk penerbangan ke sesama kota di wilayah Kalimantan yaitu Pangkalan Bun, Ketapang, Pontianak, Banjarmasin, dan Kota Baru. penerbangan ke tempat tujuan-tujuan tadi dilayani oleh dua maskapai saja yaitu Merpati dan Kalstar. demikian juga dengan fasilitas pelabuhan penumpang yang melayani pelayaran ke Surabaya dan Semarang yang dilayani oleh Pelni dan Dharma Lautan Nusantara.
kondisi perkembangan perekonomian yang sedang menggeliat dengan dibuka luasnya perkebunan sawit dan pabrik pengolahannya, mengakibatkan migrasi pekerja yang lumayan masif dari Jawa dan Sumatra. tentu saja migrasi ini didominasi oleh penduduk dari pulau terpadat di indonesia, Jawa, yang mencoba peruntungannya di kota kabupaten yang tengah berkembang sesuai dengan mottonya : bergerak cepat membangun Kotim.
satu setengah tahun sejak pertengahan Desember 2011 aku bertugas di kota yang kalau aku ceritakan kepada teman-temanku bahwa ada bandara yang bisa didarati pesawat Boeing 737 seri 300 yang dioperasikan oleh Kalstar dan Merpati , komentar mereka adalah : oh ya? kota yang seperti dibangun di atas papan datar dan dibuat garis kotak-kotak menjadi blok-blok. akibatnya, jarak tempuh rumah dinas tempat tinggalku ke kantor yang hanya sekitar dua kilometer mesti melewati lima traffic light.
kota yang tidak susah mencari makanan khas jawa timur seperti rawon, penyetan, pecel, bebek goreng, soto ayam dan lainnya, karena memang di kota inilah banyak warga Banyuwangi, Madiun, Pacitan dan sebagian warga Jawa Timur lainnya menggantungkan peruntungan nasib menjual makanan.
kota inilah yang di jalan depan rumah dinas tempat kami tinggal tidak pernah absen suara deru knalpot sepeda motor yang sudah di-oprek memekakkan telinga, bahkan sampai jam istirahat kami. akan hal ini, pernah kepikiran melemparkan ketapel atau batu atau apapun ke pengendara motor yang entah telinganya bolot atau apa, sampai dia jatuh kesungkur, atau apapun yang bikin dia kapok, atau teman-temannya kapok dan nggak bakalan mondar-mandir lagi di jalan raya itu.
kota ini, akhirnya harus aku tinggalkan setelah satu setengah tahun menyusurinya. kota yang aku bisa menemukan segelintir orang muda yang berjuang menegakkan kembali runtuhnya lembaga pendidikan Muhammadiyah karena terbakar. kota yang terpaksa harus dikeruk hasil buminya berupa hasil tambangnya untuk dijual ke China dengan mendapatkan ganti PAD dan bea keluar. kota yang terpaksa atau senang hati hutannya digusur dan digantikan dengan pepohonan sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan turunannya yang juga bisa menyumbang PAD dan bea keluar. ia juga bisa bak gula-gula yang menyedot datangnya orang-orang dari jawa yang sudah penuh sesak untuk menjadi pekerja kebun sawit.
kota ini mudah-mudahan akan semakin berkembang dengan tanpa ada konflik suku atau penyebab apapun. niscaya suatu ketika aku mengunjunginya kembali akan tertegun karena perubahan positifnya.
semoga teman-temanku, sahabat-sahabatku, yang selama satu setengah tahun ini menemani, menyemangati, mendukungku, dan mendo’akanku selalu tetap dalam lindungan Alloh subhanahu wata’ala.. aamiin..
selamat tinggal Sampit.. selamat tinggal Sungai Mentaya.. sampai ketemu di lain kesempatan..

berdamai dengan waktu

11 Saturday Aug 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

Bintan, kabupaten kotawaringin timur, kalimantan, sampit


Suatu malam, karena banyaknya waktu luang yang ada, aku mengisinya dengan membuat note di ipad.  Sementara ini sudah ada tigapuluh tulisan lebih yang berisi segala hal, mulai dari kisah tentang pekerjaan, suasana hati, perjalanan atau sekedar permainan pikiran. Tidak ada yang aku rekayasa dari semua tulisan itu, murni apa adanya.. hehehehe..

Tema awal dari rangkaian menulis ini adalah dalam rangka mengisi waktu. Ya, waktu yang sebagaimana aku sampaikan di awal tadi, banyak tersedia disepanjang hari selama penempatan dinasku di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur dimana  hitungan saat aku membuat tulisan ini adalah memasuki bulan kesembilan.

Ketersediaan waktu jugalah yang memaksa aku harus mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, dimana pilihanku jatuh kepada dua kegiatan yaitu menulis dan berolahraga, futsal dan bulutangkis. Satu cabang olahraga lagi , bola volley sedang dalam tahap membangun team dan melatih pemain mendatangkan pelatih lokal dengan harapan akhir tahun ini menjelang Hari Keuangan bisa tampil dalam kompetisi. Semua itu bermuara satu hal, membuat aku tenggelam dalam kesibukan alias menyibukkan diri, dan tidak merasakan pergeseran waktu. Rasanya setiap minggu menunggu kapan datangnya saat bermain badminton, kapan datangnya saat bermain futsal dan kapan datangnya saat melihat anggota aku berlatih bola volley. Terus begitu setiap minggu hingga sampai di bulan ke sembilan ini.

Tapi  tetap saja, waktu, adalah musuhku disaat malam menjelang tidur tapi dihinggapi rindu yang sangat kepada keluarga nun jauh disana. Rasanya tetap saja tidak puas mendengar suara mereka, chat lewat bbm atau melihat foto terkini yang mereka kirim. Rasanya tetap saja aku pengen ada di sisi mereka. hiks..

Waktu juga menjadi musuhku di hari minggu dan hari libur lainnya dimana biasanya seorang ayah menghabiskan waktu liburnya bersama keluarga, sedangkan aku tidak. Aku disini, di Sampit, pulau Kalimantan, mereka, anak istriku, di Bintan (tapi mungkin juga lain rasanya seandainya hari minggu atau hari libur itu aku jalani di Surabaya dimana tersedia banyak mall dan tempat yang bisa dikunjungi untuk menghibur diri…hehehe..)

Waktu, rasanya cepat sekali disaat aku diberi kesempatan menemui keluarga. Rasanya ingin disaat aku bersama keluarga, waktu di freeze atau minimal dibuat slow motion.
Waktu, adalah relatif..  Ia akan menjadi sama sekali tidak bersahabat manakala kita menungguinya, dan akan terasa sangaaaaat lama. Ia juga tetap saja tidak bersahabat dan menjadi seolah-olah di- fast forward manakala kita  mengharapkannya lebih dari sekedar 24 jam sehari.

Kini aku, dan mudah-mudahan teman-teman lain yang mungkin senasib dengan aku di seluruh wilayah Indonesia yang sedang dalam masa penempatan dan terpisah dengan keluarga, harus berdamai dengan waktu. Rasanya ia tidak mungkin kita lawan karena sebenarnya juga ia berada didalam rasa di hati kita sendiri dan relatif.

Mudah-mudahan waktu, yang relatif ini, tidak membuat kita menjadi rugi, sebagaimana diwahyukan dalam Kitabulloh, karenanya  kita mesti mengisinya dengan berbuat baik dan menjadi rahmatan lil’alamiin.. aamiin..

Tjilik Riwut JT671

11 Saturday Aug 2012

Posted by slametsukanto in gawean

≈ 1 Comment

Tags

batam, Bintan, boeing 737 900ER, HM Arsyad, jawa, JT671, kalimantan, Lion Air, palangkaraya, pengadilan negeri sampit, sampit, suku banjar, Tanjung Uban, tjilik riwut, travel


Dinihari itu aku terbangun dan terlihat jam menunjuk pukul 01:00 WIB. Segera aku bergegas ke kamar mandi dan membasuh muka dengan berwudhu, kubuka lembar sajadah indah , pemberian teman yang ia belikan sebagai oleh-oleh sewaktu umrah , dan mengangkat tangan mengucap takbir mengawali sholat. Dua rokaat aku selesaikan, kulirik jam dan telah menunjuk pukul 01:15 WIB, atau lima belas menit lagi menjelang kedatangan travel yang akan membawaku ke Palangkaraya. Ya, pagi ini aku mesti berangkat dinihari kesana untuk naik pesawat di Bandara Tjilik Riwut pukul 06:50 WIB . Rute penerbangan lewat Palangkaraya ini terpaksa aku tempuh karena connecting dengan penerbangan lanjutannya ke Batam di hari yang sama. bisa saja aku mengambil penerbangan lewat Sampit dengan Kalstar, tapi mesti nginep dulu di jakarta untuk bisa berangkat keesokan paginya ke Batam. Atau bisa juga berangkat dari Sampit ke Surabaya dengan Merpati , tapi sama juga, mesti nginep dulu sebelum keesokan paginya terbang ke Batam. Lumayan repot.. hihihi.. makanya aku pilih rute Palangkaraya – Jakarta – Batam yang connect di hari yang sama, lebih praktis menurutku.
Tepat pukul 01:30 WIB, hp-ku berdering dan ketika kuangkat terdengar suara laki-laki yang tidak lain adalah sopir travel yang akan menjemputku. Tidak lama, setelah sepuluh menit dari pembicaraan melalui telpon tadi , mobil travel innova itu sudah ada di jalan depan rumah, jalan HM Arsyad, tepat di depan Pengadilan Negeri Sampit, dan setelah aku letakkan tas di bagasi, kami berangkat menjemput penumpang travel lain. Tepat pukul 02:00 WIB, kami meninggalkan Sampit menuju Palangkaraya dengan muatan sebanyak empat orang, aku duduk di depan, dua penumpang lainnya duduk di tengah dan satu orang duduk di bangku paling belakang. Kami sama-sama calon penumpang penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Perjalanan empat jam ini harus ditempuh dengan perkiraan waktu tiba tepat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya sekitar pukul 06:00 WIB. Dari waktu tempuh empat jam ini, kami berhenti sekali di kilometer 98 atau lebih kurang di separuh perjalanan. Tempat istirahat atau pemberhentian ini berupa sebuah warung yang lumayan komplit yang beberapa kali aku menjalani trip ini selalu ditunggu oleh seorang anak perempuan keturunan suku banjar. Di warung yang juga jadi tempat istirahat truk bermuatan barang dari Banjarmasin untuk tujuan Sampit ini aku bisa meminum segelas coffeemix dan menjalankan sholat subuh.
Tepat pukul 06:00 WIB saya sampai di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan langsung menuju konter check-in Lion Air. Dari pengamatanku beberapa kali menempuh rute ini, penerbangan Lion Air rute Palangkaraya – Jakarta ini lumayan juga jumlah penumpangnya dan menurut hitunganku hampir selalu dalam kondisi 90% kursi boeing 737-900ER terisi. Salah satu alasannya menurutku karena tidak ada delay atas rute penerbangan ini karena pesawat standby di bandara.
Sekedar menggambarkan Bandara Tjilik Riwut, namanya diambil dari Gubernur Kalimantan Tengah pertama, seorang putra daerah asli Kalimantan bersuku Dayak. Bandara ini sebagaimana bandara lain di indonesia yang sebenarnya adalah pangkalan TNI AU, terletak di arah luar kota Palangkaraya arah Banjarmasin. Tataruang untuk memasuki areal atau kawasan bandara ini tertata rapi dengan akses masuk berupa jalan besar yang dipisahkan oleh taman di tengahnya. Bangunan bandara sendiri menyerupai rumah adat dayak atau sering dinamakan betang, dengan ornamen tameng di hampir seluruh tiang penyangga bangunan bandara bagian luarnya.
Setelah boarding, aku segera menuju ke warung yang ada di sudut ruangan sebelum ruang tunggu dan meminta untuk dibuatkan segelas energen cereal rasa coklat untuk sekedar mengisi perut pengganti sarapan sebelum limabelas menit kemudian memasuki ruang tunggu untuk boarding.
Dan tepat sesuai jadwal penerbangan, pesawat Lion Air JT 671 yang aku tumpangi berangkat ke jakarta. Di cengkareng selanjutnya aku melapor ke bagian transit dan menunggu jadwal keberangkatan pesawat selanjutnya ke Batam untuk kemudian ke Tanjung Uban, Bintan. Bersyukurnya aku di rute penerbangan ini, kadang aku bisa bertemu dengan teman dan sahabat yang bersedia meluangkan waktu menemaniku menunggu saat terbang ke Batam.
Keseluruhan waktu yang mesti aku tempuh dalam rangka kepulangan menuju rumah ini kurang lebih empatbelas jam, sebuah hitungan waktu yang cukup lama yang disebabkan dua kali penerbangan, tiga moda transportasi ( darat, laut dan udara ) dan melewati dua pulau besar ( Kalimantan dan Jawa ) dan dua pulau kecil ( Batam dan Bintan ). Mudah-mudahan selama aku menjalani rute perjalanan ini senantiasa mendapat perlindungan Alloh subhanahu wata’alaa.. aamiin..

Tumbang Samba

03 Tuesday Jul 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 1 Comment

Tags

kalimantan, kasongan, katingan, palangkaraya, sampit, sungai katingan, tumbang samba


wuiih.. sebuah perjalanan yang lumayan menguras energi walaupun dengan kondisi jalan yang relatif baik untuk ukuran daerah pinggir Kalimantan Tengah. Tumbang Samba, sebuah kota kecamatan dengan nama resminya Kecamatan Katingan Tengah dibawah provinsi Kalimantan Tengah, harus saya tempuh sejak pukul 03:15 dinihari demi mengejar jadwal sosialisasi cukai hasil tembakau yang direncanakan digelar pukul 08:00. 
perjalanan di awal hari itu saya ditemani oleh anggotaku, dengan pertimbangan keselamatan karena rasanya kurang sreg melakukan perjalanan ke daerah yang sama sekali belum pernah saya kunjungi. perjalanan dinihari itu yang rencananya saya tempuh sendiri dengan mobil ford ranger dinas, dibatalkan dan saya memilih menggunakan jasa perusahaan travel.
perjalanan ke lokasi sosialisasi di Tumbang Samba Kecamatan Katingan Tengah saya tempuh melalui jalur darat searah ke Palangkaraya, tepatnya di separuh perjalanan ke arah Palangkaraya, kami harus belok kiri tepat di jalan didepan Rumah Makan Banua Lima di kilometer 106. dari situ kami harus menelusuri jalan yang tidak seramai jalur Sampit-Palangkaraya diperkirakan selama 2,5 jam. dan benar saja, saya baru nyampai ke lokasi di Tumbang Samba sekitar pukul 7:45 atau 15 menit sebelum acara dimulai dan mendapat sambutan dari Camat Katingan Tengah dan Kabid Perdagangan Kabupaten Katingan. dengan ketibaan waktu yang sedemikian mepet ini, otomatis tidak ada kesempatan buat mandi atau ngelap badan. alhamdulillah acara sosialisasi berjalan lancar dan diikuti segenap peserta secara antusias dan mendapat apresiasi positif. sebuah pengalaman berharga dan bangga bisa mengenalkan dan membagi ilmu kepada masyarakat di daerah yang sama sekali baru buatku di pedalaman Kalimantan tentang cukai tembakau, pungutan negara yang berada di posisi dilematis antara penerimaan negara dan menyehatkan warga dari bahaya merokok.
Tumbang Samba, sebuah nama dan tempat yang baru sekali ini saya kunjungi, ternyata banyak diisi oleh pendatang dari Jawa dan kebetulan salah satunya ikut menjadi bagian peserta sosialisasi dan ikut mengajukan pertanyaan di sesi tanya jawab. namanya Paijo dengan profesi sebelum pensiun adalah Guru dan telah menetap di Tumbang Samba selama limapuluh tahun serta telah menjadi ta’mir mesjid di seberang saya melakukan sosialisasi yang dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, sama dengan mesjid besar di Sampit yang juga dibangun oleh yayasan yang sama binaan alm. Bapak Soeharto.

tumbang samba

Tumbang Samba, letaknya di pinggir sungai Katingan, terasa sekali denyut nadi perekonomiannya ditandai dengan ramainya pasar walaupun hanya sepintas saya melewatinya. di seberang sungai katingan ini menurut penuturan beberapa orang yang sempat saya tanya, bisa langsung menuju kantor bupati Kasongan dengan melewati perahu penyeberangan. 
Tumbang Samba atau Muara Samba, mudah-mudahan bisa menambah referensiku tentang betapa luasnya wilayah Kalimantan. next trip, saya berencana melakukan touring ke Balikpapan melalui jalur darat. wish me luck.

bersama pejuang keluarga

23 Monday Apr 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

agro, CPO, CPO dan turunannya, immigresyen, jawa timur, kelapa sawit, konflik etnik, madura, malaysia, mencari nafkah, menjual sawah, passport, pejuang keluarga, pelancong, sampit, sinar mas, tenaga kerja, wilmar


Entah sudah garis tangan dan suratan takdir, perjalanan pulang saya menemui keluarga selalu bersama dengan orang-orang yang sangat dinantikan keluarga di kampungnya. Ya, penempatanku di Sampit, kota kecil yang sedang bergerak cepat membangun-seperti slogannya-didominasi oleh pekerja pendatang dari Jawa, terutama Jawa Timur, bahkan dari suku Madura, sebuah suku yang kurun lebih dari satu dekade yang lalu pernah dipaksa angkat kaki dari kota ini. Saya rasa, kebutuhan ekonomi mengharuskan mereka segera melupakan memori satu dekade yang lalu dan memaksa mereka menginjakkan kaki kembali tanah di Sampit. Tentu saja dengan satu harapan, ada perbaikan ekonomi bagi keluarganya di kampung.
Sampit saat ini sedang giat bergerak membangun industri perkebunan kelapa sawit dan instalasi pengolahannya hingga menjadi CPO dan turunannya. Sekedar data, kurang lebih ada 10 perusahaan lebih yang telah membuka lahan perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahannya. masih ada beberapa perusahaan lagi yang akan segera beroperasi. Sebagian besar adalah anak perusahaan dari perusahaan besar persawitan yaitu Agro, Sinar Mas dan Wilmar.
Daya serap tenaga kerja dalam rangka menggerakkan perusahaan-perusahaan inilah yang membuat sedulur-sedulur dari Jawa berduyun-duyun mendatangi Sampit. Tenaga kerja yang berangkat dari kampungnya , mudah-mudahan dengan tanpa menjual sawah atau sapinya. Tenaga kerja yang mudah-mudahan bisa secara rutin mengirimkan hasil jerih payahnya ke anak istrinya di kampung, meskipun mungkin secara nominal tidak bisa disamakan dengan perolehan mereka di negeri jiran, Malaysia. Setidaknya mereka bisa berbangga hati bekerja di negerinya sendiri tanpa ada rasa was-was pengusiran dari immigresyen seperti di Malaysia. Tanpa rasa was-was menjadi pendatang haram karena passport yang membekali mereka ke negeri jiran ternyata passport pelancong, bukan passport pekerja.
Banyak harapan yang bisa disandarkan di tanah yang masih menjadi bagian dari negeri sendiri, Indonesia. Harapan yang mudah-mudahan tidak akan pudar karena konflik etnik di kemudian hari seperti pernah terjadi di dekade yang lalu. Mudah-mudahan jalan mereka, para pejuang keluarga untuk mencari nafkah kehidupan ini senantiasa dimudahkan dan diberikan berkah.
Dan sekali lagi, rute kepulanganku menemui keluargaku, akan selalu bersama orang-orang yang ditunggu kedatangannya di kampung halaman dengan harapan membawa hasil jerih payahnya. Orang-orang yang senantiasa didoakan kesehatan dan keselamatannya. Aamiin..

hangatnya Banjarmasin

17 Friday Feb 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ 2 Comments

Tags

banjarmasin, bus logos, klotok, palangkaraya, pangkalan bun, pasar terapung, perjalanan Sampit ke Banjarmasin, plaza futsal, Pondok Haji Amat, sampit, soto banjar, terminal bus sampit, terminal Patih Rumbih, tim futsal, wisma kencana


Alhamdulillah, edisi eksibisi perdana tim futsal Sampit tanggal 11 Pebruari 2012 bisa berjalan lancar. Eksibisi ini menjadi momen penting bagi segenap pegawai di kantorku. Sebenarnya keberangkatan ini mundur seminggu dari jadwal semula karena sesuatu dan lain hal, lebih kepada kesiapanku yang terlalu mepet.
Surat yang kami layangkan ke Banjarmasin sekitar awal pebruari, bergayungsambut tatkala salah satu utusan dari Banjarmasin menghubungiku dan menanyakan teknis kunjungan.  Selanjutnya komunikasi berjalan lancar hingga saat kami berangkat pada hari Jumat tanggal 10 Pebruari dengan bus Logos yang direncanakan berangkat pada pukul 21:00 dari terminal Patrum ( Patih Rumbih ) Sampit. Bus Logos yang akan kami tumpangi adalah bus dari Pangkalan Bun, dan akhirnya kami mendapatkpan informasi kalau bus direncanakan tiba di Sampit sekitar pukul 23:00 atau dua jam mundur dari jadwal semula. Its no problem buat kami karena jumlah personil sebanyak 12 orang rupanya cukup menghibur untuk bisa bercanda tawa.
Perjalanan Sampit ke Banjarmasin diperkirakan memakan waktu sebelas jam dengan memakan waktu sebentar transit di Palangkaraya. Hal ini yang agak mengecewakan kami, ternyata bus yang kami tumpangi dari Sampit hanya sampai di Palangkaraya untuk selanjutnya kami berganti bus ukuran tigaperempat menuju Banjarmasin. Hugh.. lumayan sempit juga perjalanan Palangkaraya – Banjarmasin dengan bus tigaperempat ini, mana tidak ber-AC lagi.. Tapi alhamdulillah,  yang penting perjalanan berjalan lancar karena semangat kekompakan dan kekeluargaan. Sepanjang perjalanan ada saja hal yang bisa menjadi bahan candaan dan tertawa disamping sisanya dihabiskannya dengan melalangbuana ke pantai kapuk, alias molor.. hahaha…
Sekitar jam 11 siang, kami sampai di Banjarmasin dan dijemput oleh temen-temen Banjarmasin yang dilanjutkan dengan jamuan makan siang soto dan sop Banjar serta sate di Pondok Haji Amat. Taste is good..
Jujugan selanjutnya adalah Wisma Kencana tempat kami akan menginap semalam dengan jumlah room yang telah direserve sebelumnya sebanyak empat room dan tersedia tiga kamar biasa di lantai tiga dan satu kamar VIP di lantai bawah.. hehehe.. Tau dong, where the boss sleep..
Tidak menunggu waktu lama, setelah pembagian kamar, kami memutuskan harus segera mempersiapkan diri untuk pertandingan jam 20:00 WITA atau 19:00 WIB.
Dan tepat di jam itu, bertempat di Plaza Futsal dengan rumput sintetis, pertandingan persahabatan Sampit dan Banjarmasin itu dimulai dengan kesudahan skor 11 untuk Banjarmasin dan 10 untuk Sampit. hehehe.. Hasil ini kami evaluasi belakangan dan ternyata faktornya kelelahan dan demam panggung yang membuat mereka tampil dibawah performa. No problem guys, ini sudah cukup menghiburku.. hehehe…
Ups, ini yang penting.. kedatangan kami benar- benar diprepare dengan baik dan disambut langsung oleh bapak Taryono selaku kepala kantor. There’s something we’ve forgot sir.. sebenarnya kita udah nyiapin sekedar cinderamata mata sederhana made – in Sampit, tapi lupa dibawa anak-anak alias ketinggalan di wisma.. Its ok kan sir,ntar kita titipin ke anggotanya njenengan deh..
Esoknya di pagi-pagi buta kami telah dituntun turun ke sungai  naik klotok-perahu khas Banjarmasin , untuk menyaksikan pasar terapung-wisata khas kota Banjarmasin. Dilokasi ini kami menikmati sarapan pagi soto Banjar dan sate. Manstap..
Kembali ke penyambutan temen2 Banjarmasin, kami angkat topi.. ( ups.. jadi keliatan botakmu men.. ).. Luar biasa.. beliau, Pak Taryono khusus datang di Sabtu malam Minggu tanggal 11 Pebruari ini setelah mengikuti rapat di kantor pusat. Angkat jempol Pak.. kami tersanjung dan merasa mendapatkan pelukan hangat dari keluarga besar bapak di Banjarmasin.. hangat..
Kami tunggu kedatangan keluarga besar bapak di Sampit dengan sebisa kami menyambut sebagaimana bapak menyambut kami dengan hangat, sehangat Banjarmasin…

kehabisan waktukah aku?

07 Tuesday Feb 2012

Posted by slametsukanto in kontemplasi

≈ Leave a comment

Tags

bermain bola, OSIS, Primagama, purwakarta, sampit, SMPN 12 Bintan Utara, tadarus al-qur'an, Tanjunguban, Tgperak, Tgpinang


Pagi ini aku tidak dalam kondisi bagus karena semalam tidak nyenyak tidur. Banyak hal yang berkecamuk dalam pikiranku disamping badanku yang pegal gara2 habis main futsal sampai terpaksa minta tolong anggotaku beli minyak tawon jam setengah duabelas malam.
Pagi ini aku seperti mendapat teguran karena telah tidak memanfaatkan waktu terbaik bersama anak-anakku yang sedang dalam masa pertumbuhan. Yang besar menuju dewasa, apalagi semenjak khitan pertumbuhan fisiknya melesat dan saat ini ia telah melewati tinggiku. Pita suaranya juga telah pecah dan berubah menjadi suara yang bukan lagi anak-anak. Banyak perubahan fisik lainnya yang sepertinya juga dipercepat dengan tuntutan posisinya yang menduduki jabatan ketua OSIS di sekolahnya, SMPN 12 Bintan Utara. Dari kecil, TK, memang dia sudah menunjukkan bakat leader dengan menawarkan diri menjadi mayoret ke kepala TK.
Anakku yang kedua, belum khitan, tapi alhamdulillah dia yang paling rajin sholat jamaah di musholla komplek perumahan kami. Dia ini yang paling rajin berkomunikasi denganku melalui telpon seluler dan selalu menjadi andalan sebagai pengawal buat mamanya kalau berpergian keluar Tanjunguban.
Sepanjang perjalananku sejak penempatan pertama di Tanjunguban tahun 1995 sampai kemudian menikah tahun 1997, berpindah tugas ke Tgpriok tahun 2000, ke Tgpinang tahun 2002, ke Purwakarta tahun 2004, ke Tgpinang lagi tahun 2006, ke Tgperak tahun 2008, dan terakhir ke Sampit tahun 2011, ada banyak waktu yang dengan sangat terpaksa aku tidak bisa hadir bersama mereka, dua anakku. Ada banyak waktu yang aku tidak bisa mencium mereka dan merapatkan selimut sebelum mereka tidur. Ada banyak waktu yang aku tidak bisa mengantarkan mereka berangkat sekolah di pagi hari, les Primagama di sore hari, les mengaji di sore hari lainnya, dan berlatih sepakbola di hari Sabtu sore. Ada banyak waktu yang aku tidak bisa menemaninya mengerjakan PR matematika dan pelajaran lainnya. Ada banyak waktu yang aku tidak bisa menemani mereka bermain bola diluar jam latihan rutin. Ada banyak waktu menemani mereka beranjak dari rumah menuju musholla komplek perumahan sesaat setelah terdengar kumandang azan. Dan ada banyak waktu menemani mereka tadarus al-qur’an selepas magrib. Aku banyak berhutang waktu kepada mereka. Hutang waktu yang semestinya aku berikan kepada dua anakku, darah dagingku, yang tidak bisa aku putar kembali.
Saat ini, aku pandangi wallpaper blackberry-ku yang terpampang foto kedua anakku saat masih balita. Lucu.. tersenyum.. tanpa dosa..
Saat ini, walaupun mereka berdua tidak lagi lucu, tapi mereka tetap anakku yang tetap aku cium pipi dan keningnya sebelum tidur.
Saat ini, dari tigapuluh hari waktuku, aku hanya bisa memberikan ciuman di pipi mereka paling banyak lima hari.
Saat ini, aku hanya bisa berharap dan berdo’a , semoga masih ada waktu bagiku bisa menikmati masa tumbuh dan berkembangnya mereka, hingga suatu ketika mereka menjadi anak-anak sholihah yang bisa mendo’akan orang tuanya bila telah tiada.
Semoga Alloh SWT masih menyisakan banyak waktu buatku untuk mereka.. aamiin..

Recent Posts

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Recent Comments

slametsukanto on sei bati, bandara perintis di…
RHA Airport on sei bati, bandara perintis di…
Avant Garde on insiden bukit dua
slametsukanto on insiden bukit dua
Avant Garde on insiden bukit dua

Archives

  • June 2017
  • October 2016
  • June 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • March 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • September 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • March 2013
  • January 2013
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012

Categories

  • gawean
  • jalan-jalan
  • kontemplasi

Blog Stats

  • 28,096 hits
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Blogs I Follow

  • Catatan Anak Bangsa
  • Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat
  • Dinnar Homestay Surabaya Indonesia
  • pelangi.kata
  • Tulisan ringan alumni STAN
  • Aku Yang Berlumur Dosa
  • santo for mitsubishi bintaro
  • Tamar Devils_Manchunian
  • ummulnurien.com
  • cerita anwar
  • padmanaba
  • erliharyanto
  • Renovatio
  • Look, Think and Write
  • kotakpermen.wordpress.com/
  • beautifulhello.wordpress.com/
  • website situnis
  • Lambangsarib's Blog
  • kembalikan, kampung halamanku
  • RISTEK FT UNNES

tulisan saya

kunjungan

  • 28,096 hits

lima terbaru

  • Poluan
  • Radar Jantan
  • CTU
  • Gedung Negara
  • Pos Ketapang

Blog at WordPress.com.

Catatan Anak Bangsa

raga pasti mati, tulisan mungkin abadi

Kumpulan ayat-ayat Mutasyabbihat

Selalu ada Petunjuk, Untuk Kemudahan

Dinnar Homestay Surabaya Indonesia

Penginapan sederhana berfasilitas bintang lima, Lokasi di Surabaya Selatan, dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya.

pelangi.kata

saat goresan kata menciptakan warna ide yang nyata..

Tulisan ringan alumni STAN

mengikat ilmu dengan menuliskannya...

Aku Yang Berlumur Dosa

kusadar hidup ini hanya sebentar...dan kubersyukur hari ini masih mendapat kasih sayang...

santo for mitsubishi bintaro

The greatest WordPress.com site in all the land!

Tamar Devils_Manchunian

Hidup lebih baik saling berbagi ilmu untuk meraih kesuksesan

ummulnurien.com

cerita anwar

Just another WordPress.com weblog

padmanaba

erliharyanto

Ya Allah, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

Look, Think and Write

kotakpermen.wordpress.com/

beautifulhello.wordpress.com/

website situnis

travelling

Lambangsarib's Blog

Catatan Orang Biasa

kembalikan, kampung halamanku

tentang kampung, tentang halaman, tentang apapun

RISTEK FT UNNES

Kerohanian Islam Teknik

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • slametsukanto
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • slametsukanto
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...